33. Langit

5K 535 91
                                    

Crystal melongokkan kepala di balik dinding, mengintip seseorang yang tak kunjung pulang. Coba suaranya masih ada, Crystal akan berupaya mengusir dan membalas ejekannya. Tetapi itu seandainya, Crystal salah tak mendengarkan Surya, Tayana, Dodi, Namira, Jack, dan Maulia.

Memeluk boneka seerat mungkin, Crystal keluar dari persembunyian. Hal itu menyebabkan Melati tersenyum sinis. Dicondongkan badannya ke depan sambil duduk dan melingkarkan kaki, memangku dagu menggunakan punggung tangan.

“Di mana pelindung kamyu?”

Kaki-kaki kecil Crystal otomatis terhenti, kemudian lanjut melangkah.

“Kamyu itu lagi sakit, tapi kelakuannya masih belum berubah. Mending kamyu berubah saja, deh. Nggak enak jadi cerewet melulu.” Melati menahan senyum, senang melihat Crystal mendelik ke arahnya. “Akyu Cuma kasih nasehat, lho. Terserah mau dengarkan atau enggak.”

Sebelum Crystal menerjang Melati memakai boneka, di ambang pintu muncul Kina. Teman kecil Crystal walau beda usia. Sudah sejak lama, Crystal tak menemui temannya. Dia bahagia sekali bisa memandang Kina meski dalam keadaan sakit.

“Crystal!” panggilnya dengan salam setelahnya. “Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” balas Melati, menyelidik. “Kamu siapa? Mau cari siapa?”

“Saya Kina, cari Crystal. Maaf, kamu siapa, ya?” Kina mundur selangkah, ketakutan saat melihat wajah laki-laki, tetapi berpakaian seperti perempuan. “Kamu cowok ya, kayak Papa. Bajunya kayak Mama pakai.”

Melati berdiri, tak suka disamakan dengan orang lain. Mencondongkan badannya ketika menghampiri Kina. “Memangnya kenapa? Apa peduli kamyu? Bagus dong, akyu pakai ginian. Jadi, enggak rugikan kamyu, kan? Anak kecil tahu apa.”

Badan Kina gemetar sesaat. Langkahnya ingin maju, namun terhalang badan kurus Melati. Dilirik Crystal yang selangkah lebih maju. Kina bisa memerhatikan, Crystal memukul Melati menggunakan bonekanya.

“Hei! Hei! Anak nakal sialan! Bisa enggak, kamu berhenti!”

Nada suara tadinya lemah gemulai, sekarang jadi pria jantan. Takut Crystal terluka, Kina menarik temannya itu menjauh. Bibir Crystal bergerak, tetapi suaranya hilang. Kina tentu kaget ketika mengamatinya.

“Kamu suaranya hilang, ya?” tanya Kina kepada Crystal.

“Pastilah hilang,” sahut Melati kembali gemulai, berkacak pinggang. “Anak itu kena hukuman dari Tuhan, makanya dihilangkan suaranya.”

Selanjutnya Kina tak lagi menatap Melati karena pria jadi-jadian itu terlihat mengerikan. Menurut sumber yang ada atau Kina mempelajari di suatu tempat, anak kecil mana tahu tentang dosa serta hukuman. Yang mendapatkan itu semua tak lain tak bukan hanya orang tua telah menjaga dan mendidik mereka. Jadi, tak mungkin Crystal kena hukuman.

“Jangan dengar apa kata orang itu, ya,” bisik Kina di telinga, dibalas anggukan Crystal. “Yuk, kita pergi.”

Kina merangkul Crystal agak kecil dari seukuran tubuhnya, seperti menjaga seorang adik. Kina masih anak semata wayang, belum punya adik karena kedua orang tua sibuk bekerja.

“Hei, mau ke mana kalian?”

Keduanya tak menoleh ataupun berhenti. Biarkan lelaki gila itu berbicara sendiri. Bukankah anak-anak kecil harus dijauhkan dari hal-hal negatif, bukan?

***

Crystal dan Kina bermain sepanjang siang hingga sore. Mereka melepas rindu satu sama lain. Sky hanya mengawasi dari jauh. Tak mungkin dong, anak laki-laki main boneka dan rumah-rumahan kecuali Crystal memintanya sebagai ayah atau kakak.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang