39. Piknik

5.1K 528 102
                                    

Meski Crystal telah mendapat sekutu, tetapi sepanjang malam dia tak bisa tidur. Bukan rasa bersalah dirasakannya melainkan aroma aneh sangat kuat setiap kali dia memejamkan mata.

Crystal mencoba bangun, menelusuri kamarnya terlihat sepi. Ruang temaram itu terkesan ngeri bila malam, padahal Crystal tak takut selama ini.

Namun, sosok disebut posesif itu sering terngiang di otaknya, mampu bikin pikiran Crystal kosong. Crystal mengadukannya pada Sky bahwa ada siluet aneh masuk kamar mereka, tetapi Sky justru menenangkan tanpa bicara.

Dan sekarang, Crystal terjaga. Dia takkan turun sebelum ada sesuatu tertangkap di matanya. Senang rasanya Crystal menggenggam alat pemukul lalat buat menghajar bayangan tersebut.

Engsel pintu terbuka, Crystal langsung beringsut masuk ke dalam selimut. Diintip pergerakan bayangan masuk tanpa menutup pintu. Bayangan itu berhenti di depan pintu kamar mandi.

Benar, ruangan ini merupakan kamar Shaila---dulunya---ada kamar mandinya. Agam meminta kuli bangunan membikinkan kamar mandi agar mereka leluasa tanpa mesti keluar. Rumah dengan tujuh kamar masing-masing memiliki kamar mandinya.

Crystal tak memutuskan pandangannya ketika bayangan itu masuk, lalu menutup pintu. Dengan keberanian penuh, Crystal menyibak selimut dan lompat dari ranjang.

Kegaduhan itu membangunkan Sky dari lelapnya, menoleh ke arah ranjang Crystal. Tak mendapati Crystal, Sky menelusuri sekitar. Crystal berada di depan pintu kamar mandi.

"Dedek Ical apain?"

"Ada pocecip, Kakak Cai," jawab Crystal sambil bergumam.

"Eh?"

Suara kunci menandakan pintu sebentar lagi terbuka, Crystal sigap ancang-ancang. Dan menggenggam erat alat pemukul lalat.

Tampaklah seseorang dikenal Crystal dan Sky ketika pintu terbuka secara sempurna. Mereka menganga dengan mata membulat lebar-lebar. Tak disangka orang, katanya tak ada, ternyata menumpang masuk kamar mandi.

"Ody?!"

***

Di pagi hari, Crystal bersungut-sungut. Bagaimana tidak, Crystal urung tidur lagi. Wajah Melody masih nyata dan jelas di otaknya, bikin Crystal kesal sampai pagi.

Mata itu terlihat lesu. Meskipun air hangat membersihkan wajahnya, tetap saja otaknya terus memperlibatkan muka kusut.

Sedangkan Sky menguap. Menemani Crystal tak sulit, tetapi menahan kantuk ternyata lebih susah. Sky tertidur pulas, disebabkan celotehan Crystal bagaikan dongeng di telinganya.

Tiqa sungguh minta maaf atas ulah Melody secara diam-diam menyusahkan kembar. Padahal di kamar mereka ada toilet, tetapi tak dipergunakan.

Salah Tiqa juga sebelum Melody tidur akibat menangis, memberitahukan bahwa ada kamar mandi di ruang tidur mereka. Eh, malah kesasar ke kamar Crystal dan Sky.

Ketika sampai di depan mobil Alphard kepunyaan Dodi, Crystal mendelik tajam pada Melody terlihat santai. Bibir Crystal mengerucut dalam-dalam, tanda dia masih kesal.

"Ka Tal!" panggil Nada, memeluk lengan Crystal. "Mo apa?"

"Mau naik," jawab Crystal menunjuk mobil dengan lemas.

"Ada kut!"

"Boleh."

"Yey!"

Lengan Nada dicekal oleh Melody. "Ada icini," tolaknya tak suka Nada beralih ke Crystal daripada saudaranya.

"Ka Tal! Ada icini! Ody acana!" tepis Nada erat mengalungkan lengannya.

"Ody mo Ada."

Nada menggeleng. "Ada icini!"

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang