34. Mandi

5.1K 509 58
                                    

"Andaikan di sini ada onsen kayak di Jepang, mungkin aku bisa rendam badan yang pegal-pegal ini," puitis Dodi sambil mengkhayal.

Crystal telah rapi dalam berpakaian, hanya bisa diam. Suaranya mungkin perlahan pulih, itu bisa diujarkan saat dalam keadaan genting.

Sky sama rapinya, menuntun Crystal naik ke sofa. Berhadapan dengan Dodi sedang bersandar di kepala sofa.

"Oncen tu apa, Maman?" tanya Sky.

Kepala Dodi terangkat, menatap Sky. "Onsen itu pemandian air panas. Enak lho, kalau mandi-mandi. Ada juga sih, tapi di apartemen."

Tarikan di lengan baju Sky mengalihkan cara pandang kakak Crystal, membuatnya menoleh. Dilihat Crystal melirik Dodi yang tampak bingung, tak paham, kemudian berganti menatapnya.

"Dedek Ical mau alan-alan," kata Sky saat memandang Dodi.

"Ke mana?"

"Empatnya Maman. Di apatemen."

Dodi mengangguk, mencoba mengerti. "Iya, ya. Kalian belum pernah mengunjungi apartemen Paman. Oke, kita ke sana. Tapi---"

"Kami harus ikut, dong."

Tayana dan Maulia berdiri sembari bersedekap. Tak ada Namira di sini karena ada tugas mendadak.

"Padahal tadi aku pengin bilang kalian enggak usah ikut. Merepotkan." Dodi mendengkus.

Berdecak lidah, Tayana mengubah gaya dari bersedekap jadi berkacak pinggang. "Apa kamu sanggup bikin masakan kesukaan Crystal selagi dia sakit?"

Dodi menghentak kaki, kesal karena kalah. "Ikut saja kalau mau, tapi jangan melakukan sesuatu bikin aku enggak suka," pintanya.

"Enggak masalah." Tayana mengelus perut buncitnya. "Aku akan telepon Jack supaya kalau kita pulang, dia jemput. Yuk, Maulia, kita siapkan bekal buat kembar."

"Mending aku siapkan baju-baju kembar di atas," tolak Maulia hendak menuju lantai 2, tetapi dihadang Tayana.

"Biarkan Dodi menyiapkannya. Toh, dia enggak ada kerjaan." Tayana melirik Dodi tampak kesal. "Panggil Muttari kalau enggak bisa lakukan."

"Cai bantu Maman." Sky turun dari sofa, lalu menatap Crystal. "Dedek Ical mau ikut ato mau di cini?"

"Ical mau di cini," sahutnya lemah. "Ical capek nayik tanda."

"Tangga," ralat Dodi mengembuskan napas, bertambah kesal.

"Iya, tanga."

"Kakak Cai batu Maman. Dedek Ical di cini aja, ya."

"Batu apaan, ya?" Dodi melirik Sky. "Sayang, yang benar itu ba tambah n jadi ban terus tambah tu jadi bantu. Paham?"

"Cai pam, Maman."

"Pam apaan lagi?" Dodi menghela napas, bersabar dalam menghadapi bayi-bayi berusia tiga tahun. "Pa ... ham. Gunakan H, ya. Jangan cuma bisanya pam saja."

Sky dan Crystal terkekeh, kelihatan mengerti.

"Kalian itu," gemas Dodi ingin mencubit Sky maupun Crystal, tetapi ditahannya. "Ayo, ke atas dan siapkan baju-baju kalian."

Dodi menggandeng tangan Sky menuju tangga, mengarah ke lantai atas. Mereka saling bercakap ria membuat Crystal teringat mimpinya. Meski agak samar-samar, lelaki itu sangat mirip sikapnya dengan Sky.

***

Sepanjang perjalanan, biasanya Crystal terus berceloteh. Namun, anak itu sedang asyik tertidur dalam buaian sambil memeluk boneka Sapi.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang