62. Emak Vs Anak Kecil

4.6K 545 137
                                    

Sejak sedari tadi, Crystal terus memelotot pada Sari tiada habisnya. Karena mereka berdua sama-sama tak ingin mengalah. Mereka pun harus bertaruh dulu, siapa yang paling hebat dalam hal pelotot.

Tayana sedang menyusui di dalam kamar, hanya mampu mendesah lelah. Sedangkan Langit bahkan tak mencegah. Adiknya, Angkasa, mesti pulang dulu berbaikan dengan Jenny.

Maulia dan Dodi menemani Namira dalam hal menghadiri pengajian di rumah Agam. Sebentar lagi, Agam akan menikah.

Tinggal Jack siap menjadi pelindung bagi Crystal apabila ada apa-apa dengannya. Apalagi Jack setia berdiri di belakang Crystal, di mana anak itu lagi menatap Sari bulat-bulat.

"Pergi, kamu! Ini kamar anak dan cucu saya! Kamu tidak berhak!" bentak Sari.

"Ni punyanya Bibin. Bibin punyanya Ical cama Kakak Cai. Adi, dedek bayinya uga punyanya Ical cama Kakak Cai."

Peringatan dari Langit diindahkan Crystal bahwa tak boleh teriak-teriak di rumah sakit. Beda dengan Sari, dinasehati oleh sang suami, tetapi tak menurutinya.

"Kamu bisa apa, hah?! Anak sekecil kamu tidak bisa urus anak bayi!"

"Ical bica!"

"Mana buktinya?"

Lekas Crystal masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintunya. "Papi, unci pitunya!" jerit Crystal terkekeh karena gedoran keras dari luar. "Nenek nebelin!"

"Crystal ...," tegur Tayana.

"Maap, Bibin. Ical ndak cuka cama Nenek. Nebelin." Crystal terkekeh.

Tayana membalasnya dengan kuluman. "Namanya juga sudah tua, Sayang. Perangainya kayak kamu. Kayak anak kecil," kikiknya membuat sang bayi ikut tersenyum. "Waa ... kamu ikut goda Nenek juga ya, Sayang."

"Ical mau liat, Bibin." Crystal menghampiri brankar, kemudian meloncat-loncat kegirangan. "Dedek cuka cenyum uga?"

"Iya, Sayang."

Pintu terbanting, menghantam dinding. Bayi di pelukan Tayana, menangis kencang. Sang ibu menimangnya agar tenang.

"Bu, jangan banting-banting pintu. Kasihan pasien lain." Sang suami menasehati Sari yang kalap.

"Mana anak kurang ajar itu?!" teriak Sari marah. "Sini!"

"Nanti tekanan darah Ibu naik kayak dulu." Tayana memeringati. "Tayana takut Ibu stroke."

"Diam!" bentak Sari geram. "Mana dia, Tayana?! Ibu ingin pukul dia supaya tidak seenaknya kepada Ibu!"

"Ibu!"

Nyatanya Crystal tak ke mana-mana. Hanya berdiri diam, bengong saja dari tadi. Dia bahkan memiringkan kepala seraya mengetuk-ngetuk dagunya.

Crystal menarik kain celana panjang Langit. "Papi, kenapa Nenek nebelin ndak liat Ical?" tanyanya penasaran.

Ayah kandungnya pun sama, Sari seperti tak menyadari Crystal di hadapannya. Seperti mengaburkan pandangan mata bagi orang yang emosi.

"Ibu punya penyakit rabun jauh. Kalau enggak pakai kacamata, Ibu enggak bisa melihat sekitarnya. Maka dari itu, Ibu butuh bantuan Bapak." Jack menjelaskan.

"Oh." Langit mengangguk, tak membiarkan Sari menemukan Crystal. "Tapi, suami Bu Sari kelihatan diam saja kayak patung."

Jack mengeluarkan napas panjang dari mulut. "Bapak takut pada Ibu karena beliau punya penyakit jantung. Jika ikutan emosi, kondisi Bapak ikut terganggu. Sayangnya, Ibu enggak pernah peka pada keadaan Bapak. Lebih suka marah-marah enggak jelas."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang