21. Lagi

5.3K 464 38
                                    

Crystal senang sekali bercakap-cakap dengan Gibran, meski teringat apa tujuannya ke rumah sakit ini. Di ruang VIP, di mana kamar ini ditempati oleh seorang Gibran Prakasa. Hanya sendiri tanpa orang lain walau sempat suster datang untuk mengecek kondisi bocah berumur delapan tahun.

Tentu suster tercengang mendapati selang infus terlepas dan darah berceceran di mana-mana. Akhirnya suster memasang infus itu setelah membersihkan luka diderita Gibran. Crystal hanya mengamati sembari meneleng.

"Jangan dilepas lagi, ya," pinta suster itu.

"Giban atit, ya?" tanya Crystal usai suster tersebut masuk ke kamar mandi. "Itu atit, ya?"

"Ya, sakitlah. Makanya jangan bikin aku terluka." Gibran menjawab dengan nada setengah tinggi. "Kalau aku kurang darah, bagaimana? Kamu mau mendonorkan darahmu?"

"Dodol? Ical ndak munya dodol," balas Crystal polos.

"Donor! Bukan dodol!" decak Gibran.

"Giban tan minta dodol, ya Ical ndak munya dodol."

Rasanya Gibran ingin membenturkan kepalanya ke tembok. Meski tak paham, sedikit Gibran mengerti kata-kata Crystal lontarkan. Kalimat Crystal seperti anak bayi sulit sekali dicerna. Ada saja kata-kata susah dipahami dan dimengerti.

"Nah, saatnya istirahat." Suster telah kembali, menyarankan Gibran untuk tidur. Langsung terkejut melihat Crystal berdiri. "Adik ini adiknya Gibran Prakasa?" tanya suster itu kepada Crystal.

Karena Crystal memandang Gibran tanpa beralih, malah tak menjawab pertanyaan suster itu. Bahkan Crystal melemparkan pertanyaan-pertanyaan aneh ke Gibran, tak disangka disahut semena-mena olehnya.

"Giban munya Dedek?" tanya Crystal tak menyambung.

"Dedek itu kamu bukan aku!"

"Tolong ya, Dik Gibran, jangan teriak-teriak," pesan suster. "Adik kecil, namanya siapa?"

Barulah Crystal menoleh. "Bibin tenapa?" tanyanya bingung.

"Adiknya Gibran?" tunjuk suster mengarah pada Gibran.

"Iih, Ical tu Dedek! Dedeknya Tatak Cai! Giban butan Dedek!" tolak Crystal bersedekap, cemberut.

"Siapa juga punya adik kayak kamu?!"

"Ical mau Tatak Cai!"

"Cari sana! Aku mau istirahat, tahu!"

Barusan Crystal dan Gibran bersenang-senanglah saling bertukar cerita, kini mereka berdua bagaikan pasangan sedang beradu mulut. Suster perempuan itu menjadi kelabakan memandang dua anak-anak tak bisa berhenti bertengkar.

"Giban atit teyus! Ical ndak syuka nompol!" teriak Crystal berlari keluar. Namun, gagang pintu terlalu tinggi, Crystal tak sampai. "Bibin! Buta!"

"Hah? Buta?!" Suster tak paham.

"Mintunya!" Crystal menunjuk gagang pintu. "Buta, Bibin!"

Spontan saja, suster itu tiba-tiba menghampiri Crystal dan memutar gagangnya. Crystal berlari keluar tanpa menoleh ke belakang. Hanya suara menggelegar menjadi balasan kekesalan terhadap Gibran.

"Giban nompol jeyek!"

"Dasar anak—"
"Istirahat, Dik Gibran!" bentak suster itu capek melihat dua sejoli beradu argumen. "Atau saya suntik kamu!" lanjutnya sambil berkacak pinggang.

Gibran ketakutan, menuruti. "I—iya, suster."

***

Risau, itu perasaan Sky. Entah kenapa Sky begitu cemas dengan kondisi Crystal yang belum ditemukan. Agam dan Dodi pun keluar mencari keberadaan Crystal. Coba Sky tak lemah begini, pasti dia takkan membiarkan adiknya sendirian. Ya, walaupun Crystal jarang sekali ketakutan.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang