43. Benarkah?

5.3K 656 155
                                    

"Anak aku?"

Langit menunduk, memandang dua bayi sedang menarik jenggotnya dan yang lain  lagi terkikik geli karena cacing masuk ke dalam baju lelaki itu. Rasanya sungguh tak percaya.

"Mereka anak-anak aku?" gumam Langit masih tak yakin. "Tapi ... dilihat dari wajah dan tubuhnya, anak ini paling kecil, deh," tunjuknya kepada Nada. "Kalau ini pasti usianya tiga tahun. Benar, ya?"

"Ya, tida taun," jawab Crystal polos.

"Aku kehilangan Shaila waktu tiga setengah tahun yang lalu," pikir Langit. "Berarti dia hamil anak, dong. Ya Allah, pantas saja Angkasa kurung aku di rumah. Ternyata ini sebabnya."

"Bodoh," dengkus Namira.

"Dasar adik durhaka. Berani-beraninya menikahi calon saudari ipar. Awas saja kamu, kalau aku pulang," ancam Langit tak main-main.

"Sejak kapan kamu terlihat bodoh begitu, sih?" hela Namira kesal.

"Ya, aku bodoh karena kehabisan uang." Langit terkekeh, tak merasa melakukan kesalahan.

"Momo ndak ada uwang?" tanya Crystal tak tahu bahwa di depannya adalah sang ayah kandung. "Ical punya di cini," tutur Crystal menunjuk kantung jaketnya.

"Kamu punya uang, Nak?" Langit mengambil uang dimaksud Crystal, tetapi rasa geli menggelayuti kulit tangannya. "Apa nih, bikin geli-geli."

"Cacing," kekeh Crystal.

Namira tersenyum melihat Langit jijik pada cacing. Bukan artian benar-benar jijik melainkan berpura-pura.

"Aku tidak mempan dengan begituan, Anak Cantik." Seringai Langit penuh kejutan. "Ini lebih menarik. Mau permen?"

Nada dan Crystal menatap sesuatu di tangkupan tangan Langit. Mata mereka membulat, segera mundur dan berbalik.

"Bubu! Ada coa!"

"Eh?" Namira gemetar, ketakutan. "Langiiit!" teriaknya jengkel.

Langit hanya tertawa terbahak-bahak.

***

Di villa, Tayana dan Jack sedang berkemas. Hari ini mereka harus pulang kembali ke Jakarta. Menunggu Agam buang-buang waktu.

"Assalamu'alaikum," salam Namira berada di ambang pintu.

Hanya Jack dan Maulia yang tampak menarik tas, sisanya masih di dalam kamar. Mereka mengangkat kepala, tersenyum melihat Namira.

"Wa'alaikumsalam. Kamu sudah pulang? Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Maulia hendak mendekat. "Di mana Crystal dan Nada?"

Namira menunduk ke bawah, tak ada dua bayi itu. Dilirik bagian belakang, Namira menghela napas panjang. Saat menghadap Maulia, suara Crystal menggema.

"Mamma!" teriaknya.

"Crystal," sambut Maulia.

"Mamma, ada Momo."

"Momo?"

Badan Namira sedikit memberi luang agar Langit masuk. Lelaki berkumis dan berjenggot lebat itu masuk membuat Maulia tersentak terkejut kemudian menjerit.

"Gyaaa! Orang gila!"

Maulia mundur beberapa langkah, ketakutan. Namun, Crystal tidak. Bayi itu malah menunjuk-nunjuk Langit dengan panggilan tak disangka orang-orang dewasa.

"Momo dila," kata Crystal.

"Nama Pa----ehem." Langit berdeham. "Saya Langit bukan Dila."

"Momo dila!"

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang