45. Belanja (II)

5.8K 634 147
                                    

Rumah mungil bertingkat dua memiliki kamar lumayan banyak dengan anggota keluarga luar biasa tingkahnya. Ditambah Langit sebagai ayah kandung kembar serta Tiqa dan dua anaknya sedang menginap untuk sementara.

Sesudah berberes, Langit ingin sekali mengatakan itu. Namun, niatan itu terhadang oleh kelucuan dua anaknya selalu bahagia. Crystal super cerewet dan Sky yang dewasa. Sedang dia sangatlah polos bila bertutur kata.

Ditatap Dodi, menggeretnya ke sudut. Tentu Dodi melihat Langit itu aneh, waspada jika sahabatnya ini akan melakukan tindakan ekstrem. Diam-diam menyukainya. Mengerikan.

"Wajah kamu kenapa?" tanya Langit bertampang polos.

"Kamu ajak aku ke sini buat apa? Pengin lakukan apa ke aku?" Dodi bertanya balik, memeluk dirinya.

"Pikiran kamu ngawur." Langit bersedekap. "Aku cuma mau bilang, aku tahu di mana Agam dan kekasihnya. Siapa ya, namanya?" pikirnya keras.

"Sabira," jawab Dodi. "Di mana?"

"Menurut kamu, Agam itu heboh, tidak?"

Kesal karena dibalas dengan pertanyaan lain, bukan jawaban disukainya. Dodi cukup mengembuskan napas, menahan umpatan akan dilayangkan buat sahabat polos di depan lelaki itu.

"Iya, selalu. Sering. Bahkan pernah." Dodi masih teringat masa-masa SMA di mana mereka bersenang-senang. "Agam itu sok tahu. Di balik ketampanannya, orangnya senang tersesat. Kesasar. Suka bikin khawatir orang, tapi serius dalam menjalani pekerjaan."

Langit merenung, belum mampu mengatakan sebenarnya. Dodi mengamati pergerakan Langit yang tak biasa. Merasa lelaki di hadapannya menyembunyikan sesuatu.

"Ada apa?"

"Agam kesasar dan masuk hutan di Puncak. Aku sudah jemput dia, tapi ...."

"Tapi?" Dodi menelengkan kepala, ingin tahu.

"... tapi, dia justru ketakutan melihat aku. Wanita bernama Sabira malah pingsan. Aku tidak bisa bantu, khawatir tulang aku keropos. Habisnya, si Sabira itu berat banget badannya. Jadi, aku memohon pada warga sekitar untuk selamatkan wanita yang aku maksudkan."

Langit menunduk, merasa bersalah. Dodi tertegun, tak menduga.

Ayah kandung kembar menarik napas, "akibat aku terlalu fokus sama kekasih Agam, sahabat kita menghilang. Lenyap. Pengin cari lagi, tapi aku bertemu Namira. Itu kronologisnya," jelas Langit.

Bibir Dodi mengatup rapat, rahangnya berkerut. Alisnya terangkat sedikit. Sudut matanya bergerak, meski tak terlihat Langit karena sedang menunduk.

"Kalau Agam tersesat biasanya bermula lantaran menikmati pacaran. Aku pun suka lihat Namira hampir celaka karena Agam ceroboh. Tatap Namira sebegitunya, tapi tidak tahu di depannya ada lubang galian. Beruntung Allah kasih petunjuk pada aku. Kamu tahu kan----" Langit mendongak, mengernyit. "----eh, Dodi?"

Bibir Dodi gemetar, lalu membuka mulut kemudian terpingkal-pingkal. Berkat tawa Dodi tak tahu situasi, Crystal sempat tidur jadi terganggu langsung membuka mata. Sepasang mata coklat itu berkaca-kaca, akhiran pun menangis. Dodi menutup mulut, meminta maaf lewat tatapan mata.

Langit bergegas meraih Crystal diletakkan di sofa, menenangkannya di dalam dekapan. "Cupcupcup, anak cantik. Tidur lagi ya, Sayang."

Sepasang mata itu terpejam perlahan, memeluk Langit kian erat dan Menatap Dodi lagi. Tersirat bahwa Langit tak ingin berita tentang Agam terdengar oleh Namora dan sahabat-sahabat yang lain termasuk Tiqa. Mereka akan cemas dan kembali ke Puncak.

"Kamu punya teman anggota Polisi, kan?" Langit memandang Dodi penuh harap. "Carilah Agam. Sebagai sahabat, kita jangan saling benci. Bila bukan jodoh Namira, pun tidak apa-apa. Terpenting demi keselamatan sahabat kita."

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang