6. Penyelidikan

9.2K 673 6
                                    

Crsytal ambekan, berteriak nyaring disebabkan Dodi membuang coklat-coklat tak berguna ke tempat sampah. Bahkan Crystal menginjak-injak kaki Dodi hingga pria itu meringis sakit.

"Ical ndak syuka Maman Dot! Maman Dot ndak danteng agi! Iih!" sungut Crystal berjalan sambil mengentakkan kaki, mengerucutkan bibir, dan bersedekap. "Bubu, yok egi. Maman Dot di syini aja! Huh!"

Pria bermasker hanya mengembuskan napas panjang kala memandang Crystal telah pergi bersama Namira. Sedangkan Maulia, ada keperluan di tempat lain. Tinggal Dodi, Melati, dan Sky.

"Maman, ndak itut?" tanya Sky pelan.

"Adekmu bakal marah kalau Paman ikut." Dodi kesal setengah mati. "Aku cari udara segar dulu. Kabari aku jika kalian memesan tempat makan."

"Oce!" sahut Sky mengacung dua jari.

Melati mendengkus. Dodi tersenyum, mengusap kasar rambut Sky.

Tak mau ketinggalan bayangan Namira dan Crystal, Melati lekas menarik Sky buat berlari mengejar.

Namun, Sky tetap bertahan. Melati terpaku, buru-buru menoleh. Kerutan kening bikin Melati agak ragu bertanya.

"Ajak Cai temu Yayah Dam." Sky menunjuk arah sebaliknya. "Cai tawatil."

Polos, itu pemikiran Melati. Sebagai perempuan jadi-jadian, Melati paham perasaan anak laki-laki. Meski Namira dan Agam putus, Sky masih menghargai pilihan mereka berdua.

"Kamyu ...."

Sky tak perlu penolakan Melati. Gegas, Sky berlari ke tempat Agam dan Sabira menghilang. Melati tak lantas melerai, dia pun ikut berlari. Setengah berlari.

***

Kaget, Melati menahan tubuh Sky agar tak terlalu jauh masuk. Perempuan jadi-jadian itu melegakan tenggorokan kering habis berlari santai, menggiring Sky mengintip lewat tembok.

Mereka berdua berada di dekat jalan masuk toilet. Terlihat Sabira memeluk perut tanpa ada Agam. Seruan Sabira terdengar jelas di telinga Melati.

"Dasar anak itu! Dia beri gue apa, sih?" Sabira mencoba mengingat, tetapi perutnya terus melilit. "Duh, sakit banget," kata Sabira menerjang pintu toilet. Suara lantang perempuan menggema di dalam toilet. "Bisa enggak, kalian-kalian keluar! Gue kebelet, tahu!"

Melati sangat mengerti sekali watak Sabira. Temperamental dan tak mau bersabar. Namun, mengapa Sky begitu khawatir terhadap kedua orang ini?

Ditilik sekilas, Sky fokus memandang Sabira keluar-masuk. Akan tetapi, kening Sky tak menandakan kerutan. Hanya wajah datar yang tampak biasa-biasa saja.

Dia mungkin akan heran jika pertama kali berjumpa dengan Sky, hanya selalu peduli pada adiknya dan orang-orang berhubungan.

Tanpa perlu bersuara, Sky keluar dari persembunyian. Bocah cilik berjenis kelamin laki-laki mendekati pria tinggi yang tampak mengelus perut.

"Yayah Dam!" seru Sky mengagetkan Agam. Melati berusaha bersembunyi, takut kepergok.

"Sky?!"

"Yayah Dam ndak pa-pa?" Elusan dari tangan kecil Sky seakan meredam nyeri di perut Agam. Hangat.

"Ayah baik-baik saja." Agam meyakinkan Sky. "Kenapa kamu di sini? Kamu datang bersama siapa?"

Melati gigit bibir, berharap Sky tidak ember bocor seperti Crystal selalu membongkar rahasia. Kepercayaan Melati akan Sky tetap ada.

Sky menggeleng. "Ndak. Cai syendili."

Melati lega.

Penasaran, Sky menoleh sejenak ke toilet perempuan. Seruan di dalam sana bikin Sky ingin mendengkus. Namun, Sky bukanlah laki-laki yang mengadu.

Crystal And Sky [Happy Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang