"Ju, mau ikut nggak?"
Yuju menoleh menatap Lisa "kemana?"
"Ketoilet"
Yuju menggeleng ia kemudian berdiri, "nggak, gue mau ke osis bentar"
Lisa menggangguk, kemudian ikut berdiri berjalan cepat mendahului Yuju. Ia benar-benar tak bisa menahan panggilan alam nya.
Lisa berjalan cepat menyusuri koridor. Tujuan nya sekarang mau ketoilet lantai tiga. Tapi ia urungkan karena baru ingat toilet itu sedang masa renovasi. Kalau ke toilet lantai dua udah dipastikan bakal antri, sementara Lisa udah ga mau nunggu lagi.
Mau gak mau Lisa berlari menuruni tangga, ia ingin ketoilet lantai satu. Dimana toilet itu letaknya paling ujung koridor dengan keadaan yang lebih sepi, ini dikarenakan toilet ini jarang dipakai, padahal kondisi toilet sangat bersih.
Lisa mendobrak pintu toilet tanpa peduli pada sosok gadis yang berdiri di ujung depan bilik toilet.
Lisa sempat mengeritkan kening nya, merasa ganjal dengan sosok gadis itu. Tapi tak ia hiraukan karena ia sudah tak tahan.
Saat ia sudah menuntaskan urusan nya. Ia membuka pelan pintu toilet, melirik sebentar gadis yang masih berada ditempat yang sama seperti saat Lisa masuk tadi. Bedanya gadis itu sekarang tengah jongkok menghadap dinding.
Lisa sebenarnya ingin cepat-cepat pergi. Tapi saat mendengar gadis itu terisak membuat Lisa membelalak menoleh.
Dilihatnya lekat gadis itu, kondisinya tampak mengenaskan. Seragam yang berantakan dan ada bekas lumpur diseragam putihnya dan roknya. Rambut yang tak rapi. Dan terus terisak miris.
"Rose!?" lisa mendekat cepat berjongkok memegang tangan dingin Rose.
"Rose, kenapa lo!? Kok nangis, siapa yang bikin lo gini!?" lisa panik, ia panik menatap sahabatnya yang terus terisak.
"G-gue---" Rose terbata, ia terus terisak.
Lisa menarik pundak Rose agar berdiri. Tapi Rose hanya menggeleng terus berjongkok menghadap dinding, memunggungi Lisa.
Lisa menatap Rose khawatir. Sepintas ia teringat bahwa kemarin Rose tengah berkelahi dengan Junhoe, kekasihnya.
Seketika garis wajah Lisa berubah. Rahangnya mengeras.
"Gue tau ini pasti Junhoe kan!?"
Rose tak menjawab, ia hanya terus menangis terisak. Lisa makin kalap, hanya karena mendengar Rose yang makin terisak membuat Lisa mengerti.
"Lo tunggu sini, gue habisin Junhoe sekarang juga!" ucapnya yang kemudian berdiri meninggalkan Rose.
Baru saja keluar dari toilet langkahnya di cegat Yuju.
"Lah sa, gue kira lo ditoilet lantai dua" ujar Yuju yang kini mengernyit menatap Lisa.
Lisa mengepalkan tangan nya kuat. "Junhoe, dimana"
Yuju mengernyit bingung, "di osis tuh,kenapa sa?"
Lisa berbalik berjalan cepat menuju ruang osis yang beberapa langkah saja darinya. Tapi sebelum itu ia berbalik menatap Yuju yang masih terlihat kebingungan.
"Mending lo ketoilet temenin Rose, kondisinya lagi gak baik" Lisa lalu berbalik tanpa menunggu jawaban Yuju.
Ia berjalan cepat memasuki ruang osis tanpa mengetuk ataupun mengucapkan salam.
Mata nya menatap nyalang sosok laki-laki yang tengah duduk santai disofa osis sambil asik memainkan ponselnya.
Sreett
Lisa mencengkram kerah Junhoe keras, membuat Junhoe berdiri dari duduk nya.
"Dari awal gue udah bilang, kalo gak bisa bahagiain Rose mending lo jauhin Rose!!"
Sontak kejadian itu membuat beberapa anak osis yang sedari tadi diruang osis membelalak menatap Lisa.
Junhoe menatap hororr Lisa. Ia memegang tangan Lisa agar lepas dari kerahnya. Tapi Junhoe cukup kesusahan karena cengkraman Lisa kuat.
Bambam yang melihat itu, refleks maju mendekat pada Lisa dan Junhoe. Ia mencoba melepaskan cengkraman Lisa pada kerah Junhoe.
"Lis tenang lis, ini kita bicarain baik-baik" ucap Bambam sambil menarik tangan Lisa.
Lisa menepis tangan Bambam. Kemudian mencengkram kuat kerah Junhoe lagi.
"Tanggung jawab lo udah bikin Rose nangis njing!"
Tak!
"Aw!" Lisa melepaskan cengkraman nya menyentuh keningnya yang terasa pedas. Ia kemudian menoleh menatap tajam Yuju yang ternyata menjitak nya.
Bambam menghela nafas, yang kemudian menarik Junhoe agar berdiri dibelakangnya.
"Lis lo kobam ya!?". seru Yuju
Lisa mengeraskan rahangnya menatap tajam Yuju, yang kemudian Lisa menunjuk Junhoe dibelakang Bambam. Junhoe meringkuk dibelakang Bambam ketakutan. Sementara Bambam meneguk saliva nya menatap horor Lisa.
"Dia udah bikin Rose nangis ju, lo gak liat apa gimana Rose nangis di toilet!".
Yuju menatap tak percaya Lisa. Ia melipatkan kedua tangan nya didada.
"Kapan, kapan Rose nangis!?" tanya Yuju yang semakin kesal.
"Gue kan udah nyuruh lo temenin Rose, ju! Ini kenapa lo jadi disini!?"
Yuju menggelengkan kepalanya. Tak percaya pada omongan Lisa.
Wajah Lisa semakin memerah menahan amarahnya. Ia berbalik menatap tajam Junhoe, kemudian berlalu pergi.
"Sa" yuju mencengram tangan Lisa. Lisa segera menoleh menatap tajam Yuju lalu menepis keras tangan Yuju.
Yuju menghela nafasnya, "sa, bukan nya lo yang bilang sendiri. Rose sakit gara-gara kehujanan bareng lo kemarin, dan sekarang dia gak masuk. Kan lo sendiri yang bilang tadi pagi"
Lisa diam sebentar mengingat, dan ternyata benar. Ia lupa jika Rose sendiri yang bilang bahwa ia tak bisa sekolah karena sakit. Bahkan pagi tadi Lisa sempat video call dengan Rose.
Lisa kemudian menoleh pada Junhoe, yang kini mengacungkan ponsel nya. Memperlihatkan roomchatnya bersama Rose.
"Sa, da-dari tadi g-gue chat sama Rose" ucap Junhoe yang masih gugup karena Lisa.
Seketika wajah Lisa berubah pucat. Keningnya berpeluh, bahkan tangan nya yang tadi terkepal kuat gemetar.
Lisa memandangi Bambam, Yuju dan Junhoe. Ia meneguk salivanya. Yang kemudian tatapan Lisa dipahami oleh mereka bertiga.
Yuju mendekat memegang tangan gemetar Lisa. Ia menggeleng menatap Lisa.
Jadi yang tadi itu bukan Rose? Terus siapa?
Seketika sebuah pikiran terlintas diotak Lisa. Bahwa sebuah kenyataan, mengapa tak banyak orang yang memakai toilet dilantai satu ujung koridor.
☘☘☘
Ehee ini gue cuman iseng iseng aja
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES OF HER
FanfictionRANDOM STORIES OF HER, LALISA MANOBAN. [Ini cerita lapak pertama yang aku buat, jadi maaf kalau kepenulisan nya berantakan :))]