33. Plan

1.9K 90 2
                                    

Happy reading !

Suasana malam di tempat camping terasa sedikit mencekam karena ada jerit malam. Fanya,anak itu masih terlihat biasa-biasa saja. Tidak seperti anak yang lain yang sudah teriak dengan histeris.

Acara pada hari itu diakhiri dengan penampilan Dani yang sedang melakukan stand up comedy. Fanya masuk ke dalam tendanya,tiba-tiba ia merasakan keanehan dan kejanggalan. Ia mencoba menggabungkan beberapa keanehan yang dirasakannya dengan sebuah konspirasi,sebelum ia tertidur.

Melvin dan Varo masih menjaga Merin di ruangannya. Ingin sekali ia menghubungi mamanya,namun ia tidak tega jika mamanya tau kondisi Merin sekarang.

"Gue udah beliin lo makanan dan belum lo makan sama sekali. Lo gak hargain gue banget Ro."ucap Melvin pura-pura memejamkan matanya dan menutupi wajahnya dengan bantal.

"Gue gak mood Vin. Gue gak tenang sebelum liat Merin sadar."ucap Varo melirik sekotak pizza di atas meja yang tinggal beberapa bagian.

"Gue tau lo laper."ujar Melvin. Benar juga,Varo memang lapar. Tadi ia menolak permintaan Melvin,apakah sekarang ia harus menerimanya? Gengsi dong. "Gak usah gengsi kali. Kayak sama siapa aja lo."ucap Melvin seakan tau apa yang ada di benak Varo.

Varo menatap Melvin yang masih memejamkan matanya dan segera mengambil sepotong pizza.
"Enak juga."batin Varo.

Beberapa potong pizza sudah masuk ke dalam perut Varo. Dilihatnya Melvin yang tertidur di sofa sebelahnya dan Merin yang masih juga belum sadar. Varo memejamkan matanya juga,merasa lelah seharian ini. Varo merasa bersalah kepada adiknya itu. Tidak seharusnya ia mempercayai orang lain.

08.45

Semua murid sedang membersihkan area camping sebelum meninggalkan tempat itu. Tapi tidak dengan Fanya,ia tidak begitu bersemangat.

"Woi kipas angin,lo diem mulu daritadi. Bantuin kek."teriak Ucup.

"Kipas angin?siapa Cup?"tanya Risa.

"Noh cewek yang lagi nglamun."jawab Ucup. Fanya menoleh dan menatapnya tajam.

"Wih. Takut gue mba. Jangan natap kayak gitu dong."ucap Ucup.

"Gue masih gak paham deh Cup. Maksudnya kipas angin apaan deh?"tanya Risa lagi.

"Dia kan dipanggil Fan. Fan artinya kipas angin kan?"

"Yeu,si Ucup."ujar Budi menjitak kepala Ucup membuat si pemilik menggerutu dan mengusap kepalanya.

Hildan menghampiri Fanya yang terduduk di bangku bawah pohon. Ia mengelus pundak Fanya untuk menenangkannya. Ia tau apa yang dirasakan oleh Fanya sekarang.

"Fan,jangan kayak gini dong!"ucap Hildan. Fanya menghempaskan tangan Hildan kasar dan beranjak dari bangku itu.

"Tau apa lo? Gue gini juga gara-gara lo ya. Kalo aja lo gak ninggalin Merin. Pasti semua itu gak bakalan terjadi."sentak Fanya membuat Hildan sangat terdiam.

Fanya berlari membawa semua barangnya dari area camping itu tanpa mempedulikan amarah gurunya nanti. Ia memberhentikan taksi dan segera masuk ke dalam taksi.

"FANYA TUNGGU!"teriak Hildan.

Taksi yang ditumpangi Fanya melaju meninggalkan kota Bogor. Fanya menghembuskan napasnya. Ia tidak pernah merasakan perasaan segelisah ini.

Ting!

Melvinaditya
4 messages

ia segera membukanya dan...

"Pak,putar balik sekarang ke rumah sakit."ucap Fanya.

"Udah keluar Bogor ini neng. Jauh."

"Saya bayar lebih pak. Saya mohon."

Akhirnya,supir taksi itu menurut dan memutar balikkan taksinya ke arah rumah sakit yang dimaksud oleh Fanya. Beberapa kilometer telah ditempuh Fanya hingga ia telah berada di depan rumah sakit.

Fanya mengeluarkan lima lembar uang ratusan dan segera keluar dari taksi. Ia segera berlari menuju ruangan yang dimaksud Melvin.

"MERIN!"teriak Fanya yang membuka pintu ruangan. Dilihatnya ada Varo dan Melvin yang sedang duduk di sofa.

Fanya mendekati brankar Merin,sahabat kecilnya terbaring lemah dengan selang-selang yang menancap pada tubuhnya.

"Rin,kenapa lo kayak gini?kenapa?hiks."ucap Fanya.

Varo menghampiri Fanya,menarik Fanya ke dalam pelukannya. Ia juga adiknya,Varo sudah menganggap Fanya adiknya sendiri.

"Kak,kenapa Merin disini?kenapa?Merin gapapa kan?"tanya Fanya.

"Lo makan dulu ya Fan. Nih,gue beli nasi tadi. Gue tau dari Hildan lo belum makan. Lo tenang aja,lo aman disini. Gue bakalan cerita semuanya tapi lo makan dulu."ucap Melvin.

Varo menuntun Fanya ke sofa dan memberikan sebungkus nasi kepadanya. Sendok demi sendok makanan masuk ke dalam mulutnya hingga suapan yang terakhir.

"Ceritain."ucap Fanya dengan sedikit serak.

Melvin mulai menceritakan semua yang terjadi kepada Merin. Mulai dari kejadian awal,keanehan,hingga sebuah rencana. Fanya terlihat memendam emosinya,Varo mencoba untuk sedikit menenangkannya.

"Gue jamin orang yang nyelakain Merin gak akan selamat kalo ketemu gue. Liat aja!"geram Fanya.

Melvin menghubungi suruhan papanya untuk membawakannya baju ganti,karena ia tidak mungkin kembali ke Jakarta sekarang.

Fanya terlihat memejamkan matanya di dekat Merin. Entah ia tidur atau hanya untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Ting!

Hildanp

13 messages
5 missed call

"Ngapain sih nih anak. Gak ada kerjaan aja."batin Fanya.

Seseorang membuka pintu ruangan Merin,ternyata seorang dokter penyakit dalam dan syaraf.

"Saya ingin memeriksa pasien."ucap dokter itu.

Fanya sedikit menjauhkan tubuhnya untuk memudahkan dokter itu untuk memeriksa Merin.

"Bagaimana dok?"tanya Varo.

"Pasien dipastikan akan sadar dalam waktu dekat. Kondisinya sudah mulai stabil. Saya permisi."ucap dokter itu membuat Fanya dan Varo menghembuskan napas pelan.

Melvin masuk ke dalam ruangan membawa 2 paper bag. Isinya adalah baju ganti. Ia menyerahkan salah satunya ke Varo.

"Gue ada rencana untuk lebih meyakinkan."ucap Melvin.

"Apaan?"tanya Varo.

Varo dan Fanya segera mendekat ke arah Melvin dan saling merangkulkan tangan. Melvin mengatakan sesuatu yang sangat rahasia. Ketiganya menyeringai tipis setelahnya.

"Gue setuju. Tangan gue udah gatel soalnya."ucap Fanya.

"Suruhan papa gue masih belum menunjukkan bukti kuat. Jadi kita pakai rencana cadangan. Karena sepertinya pelakunya ini sangat pandai untuk menghilangkan jejaknya."jelas Melvin yang diangguki Varo.

Di dalam hati kecil Melvin,walaupun ia terlihat tegar namun sebenarnya ia khawatir dan menangis dalam hati. Bagaimana tidak,perempuan yang selama ini merasa ia sakiti sedang terbaring lemah. Ia tidak akan mengampuni orang itu nantinya. Melvin memang terlihat sedikit pendiam. Namun siapa tau,jika ia terlihat menyeramkan ketika sudah mencapai titik emosional tertingginya.

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak setalah membaca 🌟
Thanks for reading ❤

MERVIN ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang