37. Kumpul

1.9K 99 3
                                    

Happy reading !

Melvin baru sadar jika dia mengucapkan kalimat yang sakral baginya. Kalimat itu pertama kali ia ucapkan selama hidupnya.
Ia harap,ini adalah perasaan tulus terdalamnya kepada Merin. Ia tidak ingin membuat luka lagi di hati Merin.

"Woi,nglamun bae. Nyusu apa nyusu."sorak Dani.

"Omongan lo kotor bego."seru Jay.

"Nyusu kan minum susu. Lo yang omes tolol."ucap Arkan.

Jay mendengus kesal dan menggerutu. Sedangkan Melvin masih bergelut dengan pikirannya yang penuh oleh Merin.

"Gue kasih lo satu kesempatan lagi."bisik Varo.

"Serius?"tanya Melvin.

"S a t u."eja Varo.

"Thanks."ucap Melvin tersenyum.

Lampu ijo dari kakak ipar sudah ia dapatkan. Itu sudah cukup membuatnya senang.

Kringg!

"Woi,gue pulang dulu ya. Sorry."ucap Jay berlalu keluar kelas .

"Dia mana pernah ikut kita nongkrong. Alasannya sibuk mulu."seru Dani.

"Udah biarin. Yuk."ucap Varo merangkul Dani.

Melvin dan kawan-kawannya berjalan menuju kelas Merin. Masih belum ada yang keluar dari kelas Merin.

"Tumben belum ada yang keluar."ucap Arkan.

Melvin mengintip Merin dari jendela. Masih ada guru,Melvin duduk di bangku bawah jendela kelas Merin. Hingga sorak ramai terdengar dari kelas Merin.

"Anjir. Akhirnyaaaa selesai juga."ucap Reno.

Merin membereskan semua buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Setelah ia yakin sudah memasukkan barangnya ke dalam tas,Merin dan teman-temannya keluar dari kelas.

"Melvin. Kangen."ucap Dania bergelayut manja dan sedikit menghentakkan kakinya.

"Lepas!"ucap Melvin.

"Kamu kesini mau jemput aku kan? Yaudah ayo pulang Vin."rengek Dania.

"Sorry,kak Melvin udah ada janji sama gue. Mending lo pulang sendirian gih."ucap Merin menarik tangan Melvin agar lepas dari jeratan singa ganas.

"Lo apa-apaan sih Rin. Lo tuh PHO banget."ucap Dania menampar Merin,namun tangannya dicekal oleh Melvin.

Melvin menatapnya tajam seperti akan membunuhnya. Sedangkan Dania merasakan lehernya tercekat.

"Ujung kuku lo nyentuh Merin. Habis!"sarkas Melvin.

"Kalo lo nyakitin Merin,jangan harap nama lo masih menyandang nama William."lanjut Varo.

Melvin mengelus pipi Merin dan segera menggenggam tangan.

"Ayo pergi!"perintah Melvin.

Merin yang merasakan genggaman erat pada tangannya itupu hanya terdiam. Baper?tentu saja. Tapi itu hanya tanda kewaspadaan dalam dirinya agar tingkat bapernya tidak naik.

"Kita ke PI sekarang. Kapan lagi kan ngumpul?"ucap Melvin.

"Sip. Mantab kali gitu kan. Akhirnya gue bisa jalan-jalan."seru Arkan.

MERVIN ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang