Happy reading !
Perjalanan baru sudah dimulai. Melvin sudah memasuki hidup baru di lingkungan masyarakat. Semuanya mulai terpisah untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya. Hildan dan Melvin memilih untuk kuliah di Jakarta,Dani memilih di Jogja, sedangkan Arkan memilih untuk di Bandung.
Di Britania senior high school,masih ada Dania,Salsha,Fanya dan yang lainnya. Mereka memulai untuk serius dalam hal pelajaran karena mereka ingin impiannya terwujud dengan baik. Ada kalanya mereka bergurau dan ada kalanya mereka serius. Semua mulai menata masa depan mereka dengan sungguh-sungguh.
Saat ini,Melvin sedang menjalani ospek. Walaupun ia cuek dan dingin namun ada saja yang menggodanya. Di kampusnya ini lebih banyak cewek yang mengaguminya secara terang-terangan. Mulai dari memberinya makanan, memberikannya kado, hingga makeup-makeup yang mereka pakai.
"Melvin,gue bawa nasi goreng buat lo. Dimakan ya."ucap seorang cewek yang rambutnya dikuncir satu.
"Gausa makasi."ucap Melvin yang menutup bukunya dan pergi dari tempat itu.
Melvin mencari Hildan yang sedari tadi meninggalkannya bersama cewek-cewek.
Melvin berjalan ke ujung koridor dan menemukan Hildan yang sepertinya sedang video call bersama seseorang. Melvin menghampirinya dan menampakkan wajahnya di layar hp Hildan."Woi Vin,apa kabar lu?"tanya Dania.
"Gue sendirian Dan elah."ucap Hildan.
"Liat di belakang lo deh."ucap Salsha.
"Eh Melvin,ada apa?"tanya Hildan.
"Nyariin lo daritadi."
"Melvin,gue dapat kabar nih tentang Merin."ucap Dania yang membuat mata Melvin membinar.
"Apa?"tanya Melvin.
"Cie kepo."ucap Fanya.
"Cepet!"desak Melvin.
"Widih,takut gue. Jadi gini,kata Varo Merin baik-baik aja. Dia sekolah disana."ucap Dania.
"Serius?"
"Iyaa."jawab Dania.
Melvin tersenyum,hatinya senang melihat kabar seperti itu. Ia benar-benar merindukan gadisnya. Ia ingin bertemu dengan Merin sekarang.
"Ayo semuanya kumpul dia aula ya. Cepetan!"teriak panitia ospek.
Melvin meninggalkan Hildan yang masih asik vc dengan Dania dan Fanya. Ia bergegas menuju aula.
"Hai Melvin."sapa seseorang.
"Hm."
"Kok lo cuek sih. Oh iya,lo belum tau nama gue. Kenalin gue Sinta."
"Oh."ucap Melvin yang pandangannya fokus ke ketua ospek yang sedang berdiri di panggung kecil.
"Ospek tinggal satu hari aja. Untuk hari terakhir,kalian harus membawa alat musik yang bisa kalian mainkan. Untuk yang tidak bisa bermain musik,silakan kalian membawa bunga. Sudah,itu aja yang saya sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf. Saya akhiri,selamat siang."ucap ketua ospek mengakhiri kegiatan pada hari itu.
"Siang."
"Kok udah selesai sih?"celetuk Hildan yang tiba-tiba muncul disamping Melvin.
"Darimana?"
"Hehe,gue masih pengen liat wajah Fanya nih. Emang udah selesai ya?"ujar Hildan.
"Udah. Cafe sekarang!"ucap Melvin yang sudah mendahului Hildan ke arah parkiran.
Hildan mengambil alih kemudi mobil. Ia melajukan mobil milik Melvin ke cafe langganan mereka dulu.
"Sepi banget ya cafe ini. Gue jadi kangen Arkan sama Dani masa."ucap Hildan.
Melvin duduk di kursi dekat taman dan mengeluarkan hpnya dari saku. Ia menekan tombol aplikasi dan masuk ke dalam grup chat. MHAD C, sederhana tapi memang sangat bermakna. Melvin memencet ikon telepon video di grup itu dan tampaklah wajah Arkan dan Dani.
"Lo gak usah angkat bego. Kan bisa di hp gue."ucap Melvin kepada Hildan yang dengan bodohnya ia mengangkat panggilan grup dari Melvin padahal mereka di tempat yang sama.
"Heyo whatsup gengs. Ketemu lagi dengan gue Dani."
"Lo kira ini acara TV apa."gerutu Arkan.
"Gue kangen banget kumpul sama kalian."ucap Hildan.
"Kita juga."jawab Arkan dan Dani bersamaan.
"Belum pulang?"tanya Melvin.
"Mau nih. Lo tau gak sih disini itu cewenya bahenol bro. Mantap."ucap Arkan.
"Eh ada Salsha."goda Hildan.
"Serius lo ada Salsha?waduh gawat nih. Hapus deh hapus. Hapus omongan gue tadi."ucap Arkan dengan paniknya.
"Lo pikir ini chat apa. Tambah gila lu disana."seru Dani.
Hildan tertawa kecil karena kepanikan Arkan. Arkan ini sebenarnya menyukai Salsha namun sebagai cowok normal,ia pasti tergoda jika ada perempuan yang menggodanya.
"Gue ga mau tau. Tiap liburan,kalian harus kesini."ujar Melvin.
"Kalo gak sibuk."jawab Dani dengan wajah santainya.
"Kalo dia rindu juga."jawab Arkan.
Memang teman-temannya ini tidak ada yang waras. Walaupun temannya ini aneh,gila,bahkan gak jelas namun mereka bisa melengkapi hidup Melvin.
Sahabat itu bukan hanya seseorang yang selalu ada ketika kita membutuhkannya namun sahabat itu seseorang yang bisa melengkapi kekurangan kita dengan kelebihannya.
"Eh,gue tutup ya. Mau pulang."ucap Dani.
"Lo kira gorden warteg apa pake tutup segala. Yailah."sahut Arkan.
"Kalian berdua lama-lama kayak kembar deh."ujar Melvin.
"Gak lah. Gamau gue disamain sama perkedel. Lempeng banget."ucap Dani.
Mereka semua tertawa dengan perasaan bahagia mereka. Hubungan jarak jauh itu tidak melulu soal pacar atau kekasih namun sahabat juga bisa. Cara menjaga hubungan jarak jauh itu hanya komunikasi dan kepercayaan.
Ya,komunikasi dan kepercayaan. Melvin harap Merin akan menjaga kepercayaannya meskipun mereka tidak dapat berkomunikasi.
"Tunggu tunggu,gue denger Merin udah sekolah ya disana? Widih,pasti banyak bule bule cakep tuh."sahut Arkan.
"Bener tuh. Bule bule di London kan cakep cakep."jawab Hildan.
"Lo semua diem deh."ucap Melvin.
Tuut..
Melvin mengakhiri telepon itu sepihak. Ia kesal dengan semua perkataan Arkan. Arkan memang jagonya provokatorin orang. Hildan menertawakan tingkah Melvin yang kesal. Seumur hidupnya,ia baru melihat Melvin yang sangat posesif dengan seorang cewek selain keluarganya.
"Udahlah Vin. Lo harus percaya kalo Merin disana itu cuma sekolah dan nemenin bang Alfan."ucap Hildan mengelus pundak Melvin pelan.
"Ngantuk gue. Anterin pulang yok."ucap Melvin yang terlihat mengusap wajahnya pelan.
"Yaudah ayo. Sekalian gue kangen sama degem gue."
"Pedofil laknat."
Jangan ditanya apakah keluarga Melvin menanyakan tentang Merin atau tidak. Jawabannya adalah iya. Setiap hari mereka menanyakan keadaan Merin. Bahkan Rara juga sangat merindukan bidadari cantiknya.
"Aban,kakak cantik beum puang ya? Rara kan angen."ucap Rara.
Melvin mengelus rambut adiknya pelan. Tidak hanya Rara,Melvin juga sangat merindukan Merin melebihi Rara. Apa disana Merin sudah melupakannya?
To be continued
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 🌟
Thanks for reading ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
MERVIN ( COMPLETE )
JugendliteraturAntara senja dan pelangi, siapa yang paling berpengaruh dalam kehidupan? "Senja selalu hadir setiap hari membawa warna jingganya yang tenang. Tidak seperti pelangi yang hadir hanya sesaat meskipun membawa banyak warna. Gue pikir lo kayak senja yang...