2. Dia

4.3K 175 1
                                    


Happy reading !

Jakarta, 16.00 WIB

Bel pulang sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Semua murid masih banyak yang ada di sekolah. Ada yang mengikuti ekstrakurikuler,rapat osis,hingga sengaja tidak ingin pulang karena tidak mau bosan di rumah.

Merin menunggu kakaknya yang masih ikut ekskul basket. Salsha sudah mengajaknya untuk melihat basket,namun ia tidak mau.

"Belum dijemput?"

"L..lo?belum."jawab Merin singkat,lagaknya saja cuek. Namun degup jantungnya terasa berdebar sangat hebat.

"Mau bareng?"

"Gak , makasih."

"Gue minta maaf kalo gue nyakitin hati lo."ucap orang itu yang masih duduk di motornya.

"Baru nyadar kalo sikap lo selama ini nyakitin?"

"Gak gitu Rin. Gue punya alasan untuk itu."

"Apapun alasan lo,gue tetep benci sama lo. Alan,lo tau gak sih gimana sakitnya hati gue pas lo mutusin gue dan lebih milih Sarah? Dulu lo janji bakal nemenin gue seterusnya. Tapi apa?janji yang lo buat itu cuma penenang buat gue tanpa ada embel-embel tulus. "jelas Merin panjang lebar. Ia merasa hatinya sedikit lega setelah mengungkapkan semuanya.

Alan adalah mantan pertama Merin. Mereka berpacaran selama setahun lebih. Namun,hubungan mereka kandas karena Alan diketahui memiliki hubungan juga dengan Sarah,sahabatnya.

Ketika Alan akan menjawab semua pertanyaan Merin,Varo sudah datang dan langsung membawa adiknya ke dalam mobil. Sedangkan Alan masih terdiam diatas motornya,ia memang salah dalam hal itu. Namun apadaya,ia sekarang sudah bahagia dengan Sarah,pacar sekaligus sahabatnya.

"Kok bisa sama Alan sih?"tanya Varo.

"Ya kan aku tadi nungguin kakak. Terus tiba-tiba dia datang gitu aja."ujar Merin.

"Udah moveon kan?"tanya Varo seraya mengemudikan mobilnya.

"...."

"Ditanyain diem aja. Belum ya?"

"Susah."

"Harus moveon dong."ucap Varo yang tidak dijawab oleh Merin. Merin menopang dagunya di jendela mobil. Kenapa ia sangat susah untuk moveon? Padahal luka yang diberikan Alan cukup dalam di hatinya.

Flashback on

"Alan,kenapa kamu mempertahankan aku padahal Sarah sahabat kamu yang lebih segalanya dari aku itu suka sama kamu?"

"Ya karena aku sayang sama kamu. Kurang jelas hm?"jawab Alan dengan mengecup puncak kepala Merin.

Merin merasa nyaman di dekat Alan. Alan selalu ada buatnya, entah ia senang maupun sedih. Namun kian lama,Alan semakin menunjukkan perubahannya.

"Alan,aku kangen."ucap Merin menghampiri Alan yang sedang berkumpul bersama temannya. Alan menarik tangan Merin untuk menjauh dari teman-temannya. Merin meringis kesakitan karena pergelangan tangannya digenggam sangat erat oleh Alan.

"Alan, sakit. Kamu kenapa sih. Aw."

"Rin,kamu tau kan aku lagi sama teman-teman aku. Bisa gak sih gak usah ganggu aku?"

"Aku cuma kangen sama kamu. Kamu gak balas chat aku,kamu gak angkat telepon aku,bahkan kamu susah ditemui. Kamu kenapa?aku salah apa?"

"Aku suka sama Sarah dan aku udah jadian sama dia seminggu yang lalu. Aku ingin kita putus."ucap Alan membuat tetes demi tetes air mata Merin mengalir keluar.

"Oke kalau itu mau kamu. Semoga bahagia sama Sarah. Aku sayang sama kamu."ucap Merin berlalu meninggalkan Alan dengan terus mengusap matanya agar tidak keluar terlalu banyak.

Flashback off

"Dek,udah sampe. Jangan nglamunin dia mulu. Gak guna."ucap Varo menggendong Merin ke dalam rumah.

Varo mendudukkan Merin di kursi belajarnya,sedikit acakan rambut dari Varo sebelum ia beranjak ke kamarnya.
Merin masih belum bisa melupakan Alan,karena kenangannya yang masih melekat dalam pikiran dan hati Merin.

Merin memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian sebelum rasa kantuk menyerangnya.

18.30 WIB

"Kak Varooo,Merin mager buat keluar kamar. Makanannya bawa sini ya?"teriak Merin yang masih sibuk mengerjakan tugasnya.

Varo datang membawa senampan makanan dan meletakkannya di meja. Ia melihat adiknya itu,tampak serius bahkan tidak menyadari kehadirannya.

"Serius banget sih."ucap Varo mengacak rambut Merin pelan.

"Habisnya besok ada ulangan."

"Makan dulu!"perintah Varo. Varo tau kebiasaan adiknya yang jika terlanjur sibuk bisa melupakan segalanya.

Merin mengambil nampan makanan dan mendekatkan ke dirinya. Suap demi suapan masuk ke dalam mulutnya. Varo merebahkan tubuhnya di kamar Merin sambil memainkan HPnya.

"Kak,udah nih. Kakak pergi sana!"

"Ih kok gitu sih?"

"Nanti kalau kakak ketiduran di kamar aku,siapa yang bakal mindahin kakak ke kamar? Merin mana bisa. Udah sanaa!"

Varo tertawa kecil dan beranjak dari kamar Merin. Merin masih melanjutkan kegiatan belajarnya itu hingga rasa kantuk menyerang. Sudah berapa kali ia menguap, tampaknya belum bisa membuat Merin tertidur. Merin sudah tidak kuat lagi dan menelungkupkan wajahnya serta memejamkan matanya perlahan.

"Merin,bangun! Udah mau jam 7 tuh,nanti telat. Ayo bangun!"ucap mama Merin yang masih mencoba membangunkan Merin yang tidur terduduk di meja belajarnya.

Merin menggeliat dan mencoba untuk membuka matanya. Mamanya mengambil kursi rodanya dan membantunya untuk duduk. Sesegera mungkin,ia mandi dan berganti pakaian.

"Ayo dek!lama amat. Kakak udah nungguin kamu setengah jam."ucap Varo mendorong kursi roda Merin dan membawanya ke dalam mobil.

Merin kesiangan dan ia belum sarapan. Ia takut tidak bisa konsentrasi saat ulangan nanti. Bahkan ia takut untuk meminta makanan kepada Varo.

Merin memilih untuk mengayuh kursi rodanya ke kelas daripada diantar Varo. Karena ia tidak ingin kakaknya tau jika ia sedang menahan lapar.

"Rin,tunggu."

"Alan?ngapain? Gue kesiangan,gue harus ke kelas. Ada ulangan."

"Tadi gue beli makanan,cuma kelebihan. Buat lo aja nih."ucap Alan dengan menyerahkan satu plastik tas kresek berisi nasi bungkus dan minuman. Merin terpaksa menerimanya dan membawanya .

"Makasih ya Lan. Gue emang belum sarapan hihi."

"Merin. Tadi Varo nitipin ini ke gu.."

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌟
Thanks for reading ❤

MERVIN ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang