32. Bukan mereka?

1.8K 87 5
                                    

Happy reading !

Varo dan Melvin terkejut dikala mereka menemukan Merin yang tergeletak dengan tubuh yang berdarah.

"Merin. Merin maafin kakak."ucap Varo mulai menitikkan air mata dan menggendong adiknya ke mobil yang dibawa James.

Melvin juga bisa merasakan,bagaimana perasaan Varo saat ini. Ia merasa kehilangan setengah jiwanya. Apa selama ini yang ia merasa kehilangan dalam dirinya adalah Merin?

"Ke rumah sakit sekarang. CEPET!"perintah Varo kepada James.

Mobil mewah berwarna hitam itu segera melaju ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi,membelah jalanan yang sunyi. Melvin terus menatap Varo yang tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf.

Rumah Sakit

Bunyi roda brankar yang didorong oleh para perawat membuat koridor yang sepi menjadi sedikit ramai.

Merin dibawa ke UGD dan Varo yang ingin masuk,namun tidak diperbolehkan oleh dokter.

"Ro,lo yang kuat ya. Gue juga merasa kehilangan setengah jiwa gue karena Merin."ucap Melvin menepuk pundak Varo pelan.

Melvin terus menunggu dan menunggu dokter yang keluar dari ruangan Merin. Namun hingga 3 jam,dokter itu belum keluar. Varo juga terlihat lebih gelisah dari biasanya.

Bip..

Bunyi lampu yang menandakan semua orang di dalam ruangan telah selesai melakukan kegiatannya. Dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan Merin.

"Bagaimana keadaan adik saya dok?"tanya Varo.

"Ini aneh. Ketika seseorang jatuh dari jurang yang sangat tinggi,biasanya ia mengalami luka parah yang serius. Namun,di tubuh pasien hanya ditemukan luka goresan di lengan dan wajahnya. Pasien mungkin mengalami koma,namun dipastikan akan bangun secepatnya."ucap dokter.

"Tapi dok,kenapa hanya ada luka goresan? Saya tadi melihat di tubuhnya banyak darah. Apakah tidak ada luka yang lain? Dokter kurang teliti mungkin?"tanya Melvin.

"Selama 3 jam lebih kami meneliti tubuh pasien,dan memang tidak ada luka yang lain. Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Saya permisi dulu."ucap dokter itu dan perawat di belakangnya yang sudah mendorong brankar Merin menuju ruang rawat.

"Ro,ini aneh bukan?"tanya Melvin.

"Maksud lo?"

"Lo juga tau kan tadi di tubuh Merin banyak darah,bahkan di baju lo masih ada darahnya. Tapi kata dokter,hanya ada luka goresan. Logis gak sih?"ucap Melvin.

Varo juga memikirkan apa yang dikatakan oleh Melvin. Ada benarnya juga,bagaimana mungkin luka goresan memancarkan darah terlalu banyak?

"Gue punya ide Vin."ucap Varo.

"Apaan?"

Varo membisikkan sesuatu ke telinga Melvin. Lalu Melvin mengangguk-angguk setuju. Melvin menelepon papanya untuk minta tolong agar pelaku Merin cepat ditemukan.

Tentu saja orangtua Melvin kaget dengan berita tersebut,namun mereka menuruti permintaan Melvin dan segera menghubungi orang kepercayaannya untuk menelusuri dalang dibalik kejadian ini. Keluarga Melvin mempunyai segala cara untuk mencari tau,itu kelebihannya.

Melvin menghubungi teman-temannya yang sedang sangat cemas menunggu kabar dari Merin. Semua teman-teman nya merasa cemas berkali lipat setelah mendengar kabar dari Melvin, tak terkecuali Fanya yang semakin menjerit keras.

Varo dan Melvin masuk ke dalam ruang rawat Melvin. Infus yang menancap di tangannya dan luka goresan di wajahnya membuat Varo semakin merasa bersalah.

"Maafin kakak."ucap Varo menenggelamkan wajahnya pada tangan Merin.

"Ro,gue cari makan dulu ya. Lo nitip apa?"tanya Melvin.

"Terserah lo."

Melvin berjalan keluar rumah sakit mencari warung atau minimarket terdekat yang masih buka.

"Mereka ngapain malem-malem disini?"desis Melvin pelan.

Melvin melajukan mobilnya ke arah lain. Jam sudah menunjukkan pukul 9,namun ia belum menemukan warung atau minimarket.

"Bego,kenapa gak pesen online aja dari tadi. Ash."ucap Melvin memutar balik mobilnya ke arah rumah sakit dan menekan aplikasi untuk memesan makanan.

Di tempat camping,
Fanya dan lainnya sedang diberi waktu setengah jam untuk beristirahat terlebih dahulu, sebelum permainan camping diadakan.

Disaat semua sedang gelisah karena kehilangan Merin. Salsha dan Dania tiba-tiba datang membawa sekantong camilan.

"Hai gais,ini gue bawain camilan. Enak kalo malem-malem. Habis ini kan ada jerit malam juga."ucap Salsha.

"Lo bohong kan? Lo yang nyelakain Merin kan?"tuduh Fanya.

"Sembarang nuduh aja lo. Gue dari minimarket deket warung sana noh. Tanya aja sama Budi,dia juga ikut kok. Ya kan Bud?"ucap Salsha. Budi mengangguk sambil memakan camilan yang dibelinya.

"Temen kita dalam bahaya dan lo malah ke minimarket?dimana akal sehat lo?"tanya Fanya.

"Ya kan udah banyak anak. Gue harus ngapain dong? Kan udah baik juga beliin kalian camilan."ucap Dania.

Fanya menyipitkan matanya ragu untuk mempercayai mereka berdua. Namun,Budi juga melihat mereka. Tidak mungkin mereka melakukan hal itu.

"Kalo bukan mereka berdua,pasti Kak Jay."batin Fanya.

Tiba-tiba Jay keluar dari tenda Varo,melihat semua teman-temannya yang sedang terlihat cemas.

"Loh Jay? Ternyata lo tidur di tenda gue? Kenapa gak di tenda lo aja?"ucap Hildan.

"Habisnya di tenda lo nyaman,di tenda gue gak ada bantal sama guling soalnya. Btw,kalian kenapa?"ucap Jay.

"Merin jatuh ke jurang."jawab Dani.

"KOK BISA?"

"Kalau bukan mereka bertiga pelakunya,terus siapa dong?"batin Fanya.

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 🌟
Thanks for reading ❤

MERVIN ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang