3. Harapan untuk Merin

3.9K 163 5
                                    

Happy reading ! 😊


Merin sangat merasa bersalah kepada Melvin. Pasalnya, tadi Merin menolak sarapan pemberian Melvin dan lebih memilih pemberian Alan. Namun ia juga kesal,karenaMelvin berpura-pura membawa nama Varo agar pemberiannya diterima padahal itu adalah keinginan Melvin sendiri. Merin mengetahuinya setelah Varo mengiriminya pesan jika dia mencari Melvin dan Varo tidak tau menau tentang makanan.

"Nglamun ae mbak."ucap Salsha menggerakkan tangannya di depan mata Merin.

"Apaan sih. Siapa coba yang nglamun?"elak Merin.

"Serah lo deh."

Merin mencoba untuk memfokuskan pandangannya ke arah papan tulis. Namun, lagi-lagi pikirannya mengarah ke Melvin. Ia harus apa kali ini.

Teet..
Loncengan bel istirahat berbunyi,tapi Merin masih diam dan melamun. Salsha mengernyitkan dahinya,tidak biasanya Merin diam seperti itu.

"Rin,kantin?"tanya Salsha yang hanya diangguki Merin. Salsha mendorong kursi roda Merin dan berhenti ketika sampai di meja kantin yang disana ada Varo dan teman-temannya.

"Lo mau apa?"tanya Salsha kembali.

"Milkshake vanilla." Salsha mengangguk dan pergi ke penjual kantin.

"Kak Melvin."panggil Merin kepada Melvin. Namun,Melvin hanya menoleh sekilas dan fokus ke hpnya. Merin menundukkan kepalanya,tidak ada kata yang keluar dari Melvin. Keduanya menghela nafas kasar.

"Maaf."ucap Merin dan Melvin bersamaan. Merin mengigit bibir bawahnya takut.

"Kalian kenapa?"tanya Varo menaikkan satu alisnya.

"Gapapa."jawab mereka lagi bersamaan. Akhirnya mereka saling menoleh dan menatap,Melvin melihat ketakutan di mata Merin.

"Gue gapapa. Gue yang harus minta maaf dan lo gak usah minta maaf. Gak ada bantahan!"ucap Melvin. Salsha datang membawa nampan makanannya,menyerahkan milkshake pesanan Merin. Merin meminumnya,sesekali ia melirik Melvin.

15.00

"Rin,lo hari ini check up kan?"tanya Salsha dan hanya diangguki oleh Merin. Salsha mendorong kursi roda Merin sampai ke depan gerbang. Varo melambaikan tangan ke Merin,sedangkan Melvin tetap diam saja sambil melihat Merin yang tersenyum kepada kakaknya.

"Kak,langsung berangkat kesana kan?"tanya Merin.

"Iyaa. Gue duluan ya Vin. Shal,duluan ya?"ucap Varo yang menggantikan Shalsa untuk mendorong kursi roda Merin dan berjalan menjauh dari posisi semula. Melvin menatap Shalsa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa lo?kesambet ya?hih,takut"ucap Salsha sinis lalu meninggalkan Melvin sendirian.

Rumah sakit Silaon,Jakarta.

Varo membawa Merin ke ruangan serba putih yang didalamnya banyak peralatan medis.

Seorang dokter membalikkan badan dan memeluk Varo dan mengacak rambut Merin.

"Gimana kabarnya little princess?"tanya dokter itu.

"Baik Om. Apakah saya masih ada harapan untuk bisa jalan lagi?"ucap Merin. Dokter itu adalah adik kandung dari mama Merin. Tak salah jika Merin memanggilnya dengan sebutan om.

"Kita lihat dulu ya,hasilnya akan keluar lusa. Kamu tidak perlu khawatir princess. Kamu hanya perlu semangat untuk menjalani semua ini. Berdoalah!"ucap dokter itu yang tak lain adalah adik dari almarhum papa Merin,Om Riza.

"Iyaa om,Merin selalu berdoa dan berharap biar bisa jalan lagi."

"Varo,kamu jaga adik kamu ya. Jangan sampai dia kelelahan dan mengalami cedera!"nasehat Om Riza.

MERVIN ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang