3.8 Payung dan Hujan

9.3K 1.6K 60
                                    

(Y/n) menatap kosong ke arah lapangan yang kini sedang diguyuri oleh hujan. Seingatnya Renjun sedang berkumpul dengan anak-anak yang lainnya untuk mendiskusikan masalah klub dance mereka.

Maka dari itu dia sama sekali tidak menghubungi kekasihnya itu. Tiba-tiba dari arah lain datang segerombolan siswi yang sepertinya salah satu diantaranya (y/n) ingat namanya.

Mereka berhenti tepat dihadapan (y/n). Matanya menatap tajam, sedetik kemudian mereka tertawa remeh. "Jadi cewek ini yang ngerebut calon gebetan lo?"

Gadis yang (y/n) kenali ini pun menganggukkan kepalanya, "Iya bener."

Kedua teman-temannya ini pun mulai memperhatikan penampilan (y/n) dari atas sampai bawah. Entah kenapa diperhatikan seperti itu membuat (y/n) sangat risih.

"Heh, kemana-mana juga oke an Shuhua dari lo." Gadis berambut pendek yang berada di samping kiri Shuhua mendorong bahu (y/n) dengan telunjuknya sehingga membuat gadis tersebut hampir terdorong ke belakang.

Lalu temannya yang satu itu pun tertawa terbahak-bahak, "Muka pas-pas an aja belagu macarin Renjun. Hhhh jangan-jangan dia udah ngasih badannya lagi makanya Renjun mau ditempelin sama dia."

Shuhua tertawa puas kemudian dia menarik rambut (y/n) sehingga membuat gadis tersebut meringis kesakitan. "Jangan harap karena Renjun lebih milih lo jadi gue jadi nyerah. Gak. Gak semudah itu gue nyerah."

Kemudian bertiga pun berlalu meninggalkan gadis itu sendirian. Ia merenung menatap langit mendung yang seolah-olah menertawakannya. Sejelek itu kah?

Setidak pantas itu kah dia sampai-sampai mereka menertawakannya remeh bahkan mereka menghinanya.

Helaan nafas gusar terdengar. Dia menatap frustasi ke depan. Entah keberanian dari mana, dia tiba-tiba melangkahkan kakinya menerobos hujan yang turun dengan derasnya.

Baru beberapa langkah dia merasakan hujan tak lagi mengguyuri badannya. Langkahnya menjadi terhenti. Gadis itu mendongak menatap payung berwarna abu-abu yang kini berada di atas kepalanya.

"Jangan dengerin kata mereka, gak usah terlalu ambil pusing. Yang menjalankan kita bukan mereka. Jangan karena ini kamu terus memikirkannya dan berlanjut sedih."

Dia, Huang Renjun menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara kasar. Sedetik kemudian tangan kirinya menarik gue dan membawa gue kepelukannya.

"Maaf datang terlambat."

Drippin | Huang Renjun (✓) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang