64. Hubungan ini kita lanjutkan apa tidak?

7.1K 1K 18
                                    

Gue menatap dalam diam ke arah tangan kanan gue yang digenggam oleh Renjun. Bunyi kaki kami menemani setiap langkah kaki deri lorong sekolah ini.

Bingung, itu yang gue rasakan.

Ditambah lagi Renjun membawa gue ke arah tangga yang menuju rooftop sekolahan.

Gue sangat ingit menanyakan ada apa dengan perubahan Renjun yang tiba-tiba menjadi sediam ini.

Padahal beberapa waktu yang lalu ia tersenyum dan memeluk erat tubuh gue.

Setelah sampai di depan pintu rooftop. Renjun mengeluarkan sesuatu di dalam saku bajunya.

Kunci?

Tatapan bingung yang kini ada di wajah gue.

Pengen banget gue nanya ke dia, dapet dari mana kunci itu. Tapi gue rasa sekarang kayak gak pas gitu buat nanya. Apalagi melihat ekspresi Renjun saat ini.

Setelah berhasil membuka pintu, Renjun menarik tangan gue keluar menuju rooftop.

Setelah itu, yang gue lakukan hanya mengedarkan pandangan melihat lapangan atau pun langit, entah kenapa gue merasa damai disini.

Renjun berdiri disebelah gue, ikut memandang langit yang sama.

Sementara waktu, hanya diam yang menguasai kita berdua.

Sampai pada akhirnya, gue memberanikan diri memandang Renjun.

Tepat di kedua matanya, "Kamu kenapa?"




















Sepulang dari acara kumpul-kumpul sama anak-anak. Entah kenapa gue secengeng ini.

Gue dari tadi menangis gak jelas gara-gara keinget apa yang Renjun ucapin tadi.

"Lanjutkan atau akhiri?"

Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala gue. Hal yang gue takutkan pun bakal terjadi kedepannya.

Gue gak mau putus sama Renjun.

Bahkan karena terlalu sakit mendengar apa yang Renjun katakan di rooftop tadi, gue sampai gak mau pulang bareng dia.

Gue lebih memilih balik dengan Jisung tanpa memperdulikan tatapan bingung yang temen-temen gue berikan.

Gue, gue kecewa. Gue kecewa mendengar apa yang Renjun ucapkan. Gue berharap, dia bakal ngomong apapun itu yang bakal membuat kita berdua semangat buat melanjutkan hubungan kita.

Bukannya menanyakan agar kita melanjutkannya atau tidak.

Entah kenapa gue sedikit sensitif, tapi ini sangat wajarkan untuk ukuran cewek yang bentar lagi bakal pisah sama ceweknya??

Tiba-tiba pintu kamar gue diketok, gue menyeka air mata lalu beranjak dari tempat tidur gue.

Pas gue buka pintu kamar, mama memandang gue dengan wajah khawatirnya.

Beliau menarik gue ke dalam pelukannya, lalu berbisik. "Udah sayang, kamu siap-siap ya. Besok pagi jadwal keberangkatan pesawat kamu ke Jepang."

Hati gue sakit.

Bahkan gue sama sekali belum bilang masalah ini ke Renjun.

Drippin | Huang Renjun (✓) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang