Setelah kejadian papa yang menyuruh gue untuk pindah ke Jepang tadi membuat gue terdiam, bahkan Renjun yang dari tadi ngomong di sebelah gue beberapa kali gue cuekin.
Gue bingung, gue pengen nangis, kenapa sih papa gue kayak gitu. Kayaknya gue harus jadi anak baik-baik dari pada harus pindah sekolah ke Jepang.
Apalagi sekarang gue udah kelas akhir yang sebentar lagi bakalan ujian nasional. Gue ga mau, pokoknya ga mau.
"Yang, kamu kenapa?" Renjun nepuk kepala gue, bikin gue mendongak menatap dia yang kini berdiri di hadapan gue.
Renjun tau papa gue"Gapapa." Gue gelengin kepala, terus tersenyum.
Renjun langsung duduk di samping gue. Sekarang posisinya kita lagi duduk di rooftop. Dia menggenggam tangan kanan gue, dan mengelus punggung tangan gue.
"Papa kamu tadi ngomong apa?"
"Hah????" Gue langsung menoleh kaget ke arah Renjun.
"Kenapa? Aku salah ngomong ya?" Renjun mengerjapkan matanya bingung menatap gue.
"Sejak kapan tau?"
Renjun ketawa, dia narik badan gue ke dalam pelukannya. "Kamu kira aku pacar apaan sampai ga tau tentang kamu."
Gue mengerucutkan bibir lalu mendongak menatap kesal ke arahnya. "Tapi dulu kamu ga tau kalo aku suka makan pedes."
Renjun ketawa lagi. Dia mencubit gemas pipi kanan gue. "Sengaja. Lagian kamu kan emang gabisa makan pedes, mau asam lambungnya naik?"
Gue gelengin kepala, Renjun senyum lagi. "Semangat ya sayang. Apapun keputusan kamu kedepannya, aku tetep dukung asal itu positif buat kamu."
Malam ini Renjun ulang tahun. Gue udah menyiapkan semuanya buat kejutan untuk dia. Untung gue tau password apartemen Renjun.
Kali ini gue ditemenin sama gengnya Renjun, sedangkan ceweknya ada gue dan Ningning. Gue sama Ningning langsung masuk ke dapur buat mempersiapkan semuanya.
"Gimana aman gak?" Tanya Jeno pas Mark sama Jisung balik ke dapur.
"Aman, orangnya masih tidur." Ujar Mark, Jisung nganggukin kepalanya.
Ningning menyerahkan kue ulang tahunnya ke gue. "Hati-hati bawanya."
"Lur, gue curiga dia udah bangun."
Jaemin yang ada di sebelahnya langsung mendelik kaget. "Gila masa sih??"
"Gatau sih perasaan gue aja."
Akhirnya kita pun perlahan langsung masuk ke dalam kamarnya Renjun. Keadaan kamar yang gelap membuat kita semua yakin bahwa dia emang masih tidur.
Pas Jeno menghidupkan lampu kita langsung menyanyikan lagu ulang tahun.
"Happy birthday Ren--"
"NAH KAN BENERAN UDAH BANGUN."
Nyanyian kita langsung terhenti pas Haechan menjerit ketika melihat Renjun yang duduk di atas ranjangnya dan menunjukkan cengirannya.
"Hehehe."
Gue terkekeh, gagal sudah untuk memberikan kejutan karena orangnya udah bangun.
"Gara-gara lo nih pasti teriak ga kira-kira." Kesal Jeno ke Haechan.
"Loh kok jadi gue sih?????"
"Udah-udah." Gue menghentikan pertikaian Jeno dan Haechan, kemudian berjalan mendekati Renjun.
"Selamat ulang tahun pacarku sayang!!! Semoga di umur yang sekarang, semua keinginan kamu dipermudahkan dan dilancarkan. Sehat selalu, terus tersenyum dan ceria seperti ini. Jangan lupa untuk rajin beribadah, sehat selalu, pokoknya semua harapan kamu kedepannya semoga dipermudahkan. Aamiin."
Renjun tersenyum, dia menarik gue kedalam pelukannya.
Kemudian berbisik tepat ditelinga gue, "harapanku cuma satu... Aku pengen kita berdua terus bersama apapun halangan yang ingin mencoba memisahkan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drippin | Huang Renjun (✓) [TELAH TERBIT]
Fanfiction[Versi Wattpad Belum Direvisi] Berawal dari sticky notes yang selalu ditemukan Renjun di setiap barang miliknya, termasuk minuman dan makanan ringan. Renjun tak bisa lagi membendung rasa ketertarikan untuk mencari tahu identitas si pengirim. "Jujur...