46 - Tanya apa Engga?

7.5K 1.3K 20
                                    

Hehehehehe sering-sering ramein dong biar moodku buat nulis bagus terus double update dehhhh










"Emang beneran mama bilang kayak gitu?"

Renjun nganggukkin kepalanya, "iyalah masa aku bohong sih???"

"Yaa kan kali aja kamu boongin aku."

"Yaaaaaaang."

"Iya-iya aku percaya."

Renjun senyum, terus dia bangkit dari kursi yang dia dudukin di samping kasur gue.

"Bentar ya, aku anter mangkok kotor bekas bubur tadi ke dapur."

"Iyaaaaaa."

Pas Renjun keluar dari kamar gue, hp gue pun berdering. Pas gue lihat ada notifikasi chat WA dari nomer yang gak gue tau punya siapa, soalnya di profilnya ga ada foto sama sekali.

Karena penasaran, gue pun membuka chat tersebut.

+62xxxxxxxx
|Besok ada waktu kosong?
|Gue pengen ngomong sesuatu,
penting

You
Maaf, siapa?|

+62xxxxxxxx
|Nanti lo juga bakal tau kalo lo dateng
(Read)

Alis gue mengkerut bingung. Gila, ini siapa sih yang ngechat gue serandom ini????????

Pas gue pengen ngebales chat dia tiba-tiba hp gue dirampas. Siapa lagi kalo bukan Renjun pelakunya.

Gue langsung menatap Renjun dengan kesal. "Renjuuuun balikiiiiiiin."

"Gak. Istirahat yang bener, kalo sakitnya udah mendingan baru boleh main hp."

"Aku ga sakit parah kok, siniin hp aku."

Gue merengek ke Renjun. Padahal gue bohong kalau gue baik-baik aja, kepala gue masih sakit kalau di paksa ngapa-ngapain.

"Dibilangin engga ya engga."

Renjun udah natep gue tajem bikin gue cuma bisa menundukkan kepala karena takut dengan tatapan dia yang kayak gitu.

Terdengar helaan nafas, Renjun mendudukkan dirinya dipinggiran kasur gue, lalu dia naik ke atas kasur. Gua kaget karena tiba-tiba Renjun narik badan gue ke pelukan dia.

"Tidur yaa, istirahat yang cukup biar badan kamu fit lagi. Aku khawatir tau kamu sakit kaya gini, sesekali nurut aku jangan bandel."

Renjun ngomong kayak gitu dengan tangan kanannya yang jadi sandaran kepala gue, sedang tangan kirinya mengelus rambut gue.

Di dalam pelukannya gue menganggukkan kepala pelan. Gue pun membalas pelukan Renjun, sedangkan  Renjun ia tersenyum lalu mengecup pelipis gue dengan sayang.

"Njun."

"....hmm?"

Gue mendongak menatap Renjun lalu menggelengkan kepala dan memeluknya erat.

Gue pengen dia jujur soal Nakyung kemarin, tapi gue belum berani buat nanya.

Soal chat dari nomor asing itu, gue sebenernya kepo siapa si pengirim itu.

Haruskah gue cerita semuanya itu ke Renjun????

Gue, gue terlalu takut.

Drippin | Huang Renjun (✓) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang