66. Jepang

7.1K 1K 44
                                    

Sudah tiga bulan gue berada di negeri Jepang. Dan selama itu gue merasakan hal yang benar-benar belum pernah gue rasain sebelumnya.

Kayak sekarang gue lagi nongkrong sama temen-temen baru gue, ada Hitomi sama Nako. Kita bertiga lagi nongkrong di cafe depan kampus , biasalah sambil nugas sambil nongkrong juga.

Tiba-tiba Nako yang lagi mainin hpnya langsung nyenggol gue. "(Y/n), sepupu kamu yang namanya Jisung lagi deket sama siapa?"

Gue menolehkan kepala, menatap heran ke arah Nako. "Kenapa lo nanya kek gitu?"

Nako tersenyum. "Dia lucu, Nako suka."

"AAAAAAAA NAKO LUCUNAAAAAAA." Hitomi yang berada di sebelah Nako menekan kedua pipi Nako dengan gemas.

Nako menjerit tertahan, "IH (Y/N) TOLONG DONG, HITOMI JAHATIN NAKO."

Gue terkekeh, mereka berdua lucu banget. Gue seneng bisa sahabatan sama Hitomi dan Nako.

Selama gue merasa kesulitan menyesuaikan diri hidup di negeri sakura, merekalah yang banyak membantu gue.

"(Y/n), sepupu gue si Keita nyariin lo. Sibuk gak nih, dia ngajak jalan soalnya."

Gue yang lagi mengaduk-aduk minuman dengan sedotan langsung menatap Hitomi dengan heran.

"Keita yang temennya Haruto itu???"

Hitomi menganggukkan kepalanya, ".....hmmm. kenapa ga suka???"

Gue gelengin kepala, kemudian tersenyum manis ke Hitomi. "Kan gue sukanya sama Asahi."

Nako langsung menjitak kepala gue sehingga membuat gue meringis, "Renjunnya aku ambil ya."

"IH NAKOOOOOO."

Gue menatap kesal ke arah Nako yang kini menunjukkan cengirannya ke gue. Hubungan gue sama Renjun sekarang gantung.

Gue sama sekali gak tau sebenernya gue sama dia itu masih pacaran atau enggak. Setelah gue nyampe di bandara Jepang, hp yang biasanya gue pake hilang.

Semua kontak temen-temen gue dan juga Renjun ikutan hilang. Untung aja masih ada sepupu gue Jisung yang selalu ngabarin gue gimana keadaan yang lainnya.

Sedangkan Renjun, katanya Jisung semenjak nomor gue dan semua kontak gue nonaktif Renjun ikut menghilang.

Ketika anak-anak yang lain bertanya tentang keberadaan Renjun ke Ningning, ia akan selalu mengucapkan kalimat yang sama. "Ntar lo juga bakal tau si bajingan itu kemana."

Gue menghela nafas panjang, kemudian menatap kosong ke arah jendela luar ruangan yang kini menunjukkan rinai hujan yang membasahi kota.

"Sebenernya lo masih sayang gak sih sama Renjun?"

Gue tersenyum kecut. Kemudian dengan mata terpejam gue menikmati bunyi hujan.

"Sayang. Sayang banget malah."

Drippin | Huang Renjun (✓) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang