Hari ini pak Samsul Sang Guru kimia yang killer tidak mengajar. Kabarnya istrinya sedang sakit. Pelajaran pun bebas. Jadi kelas XI IPA 2 sangat ribut sekali dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain gitar, bernyanyi tidak karuan, menari di atas meja, atau bergosip sembari makeup-an. Contohnya Shella, Icha dan Sesil, mereka sangat asyik memamerkan alat make up yang baru dibelinya. Sedangkan Cherry, hanya mencorat-coret buku tulisnya sembari sesekali menimpali cuapan sahabat-sahabatnya itu sekenanya yang membuat kesal mereka. Akhirnya ketiga gadis itu pun memilih tidak mengacuhkan Cherry yang sedang badmood.
Tiba-tiba, tanpa permisi segerombolan siswa dari kelas lain masuk dengan angkuh. Kelompok siswa kaya. Sudah biasa seperti itu di Pelita. Sekolah ini memang sekolah elit yang bisa mengkotak-kotakkan kasta. Yang terkaya akan bertindak semaunya, yang biasa saja akan dianggap remahan rengginang oleh si dominan.
Melihat itu, dengan sigap Shella, Icha, dan Sesil berdiri. Menunggu para siswa tidak sopan itu menghampiri. Suasana menjadi hening, mereka memilih diam untuk melihat sebenarnya apa yang terjadi, sampai kelas mereka dikunjungi dengan cara tidak biasa.
"Ngapain kalian masuk ke kelas sini tanpa permisi? Lo semua gak ngehargain kita apalagi gue?" cecar Shella dengan judes.
Gadis itu berkacak pinggang menatap para siswa itu satu persatu. Di belakangnya, tentu saja ada Icha dan Sesil. Sementara Cherry hanya termangu di bangkunya, menahan dagu menggunakan kedua tangan memerhatikan.
"Kita perwakilan dari anak IPS dan Bahasa." ujar salah satu murid yang mereka ketahui bernama Dea dengan angkuh. Dea adalah seorang anak dari politisi ternama di Indonesia.
Shella mengangkat kedua alisnya tidak kalah angkuh.
"Kita semua sepakat bikin petisi untuk Amanda supaya dikeluarkan dari Pelita," lanjut Dea memberikan keterangan.
Senyap.
Semua orang menoleh pada Amanda yang kini sudah tertunduk lesu. Kecuali Cherry.
Cherry menarik napas. Hal ini pasti terjadi. Murid-murid Pelita yang sebagian besar dari kaum jetset mana mungkin rela satu sekolah dengan anak dari seorang kriminal seperti Amanda.
"Dan kita sudah punya lebih dari 400 tandatangan dari 1.140 siswa Pelita. 55% saja kita dapat suara, sudah pasti Amanda bisa di keluarkan."
Semua orang menoleh kembali pada Dea.
"Bukannya Dea wakil ketua OSIS ya?!" celetuk Cherry tiba-tiba.
Ia akhirnya buka suara yang membuatnya menjadi pusat perhatian terutama teman-teman kelasnya. Padahal mereka semua speechless dengan yang terjadi. Tidak menyangka kasus Amanda bakal seheboh ini.
"Jangan pura-pura gak tau." sahut Dea dengan senyum manis pura-puranya. Cherry membalas senyuman gadis itu dengan ramah. Ia berdiri, berjalan menghampiri Dea lalu mengulurkan tangannya. Memperkenalkan diri.
"Aku Cherry."
"Gue tau. Siapa murid pelita yang gak kenal Cherry and the genk?!" seloroh Dea.
"Dan siapa pula Siswa Pelita yang gak tau organisasi Osis dan tugasnya." balas Cherry dengan tenang.
"Cher, lo lagi ngomong apa sih?! Jangan buat yang aneh-aneh yang bikin lo malu sendiri. Ini lagi suasana mencekam tau gak?!" sergah Shella hampir membentak.
"Shel, biarin Cherry ngomong! Cherry lagi bete akut. Jadi Cherry pengen ngomong banyak hari ini."
Shella mendesah. Gadis itu pun memilih mengalah. Sudah 2 hari sahabatnya yang rame dan polos itu memang lebih banyak diam. Agak mengkhawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Girl - Diamond Heart (sequel My Little Girl II) - REPOST
Romance[Warning] +21 tahun ke atas 🔞 Ini hanya kisah tentang gadis berusia 17 belas tahun yang bernama Cherry Alexandria. Dari mulai kisah percintaannya bersama Nicholas Lyonald Maxston, sang idola para wanita. Tentang kisah persahabatan, dan kisah keh...