Volume 1 Chapter 1

10.7K 365 6
                                    

Juli, Gui Li.

Matahari menyorot tinggi di langit, begitu hebatnya hingga membuat pepohonan di kedua sisi jalan seperti menunduk rendah karena malu.

Empat atau lima orang yang sedang berpergian, tak sanggup lagi menghadapi udara panas yang menyengat, berteduh di bawah bayangan pohon, putus asa berusaha menyejukan diri. Karena hal ini, orang tua dengan kedai teh kecilnya kedatangan pengunjung lebih banyak dari biasanya.

“Secangkir teh” Seorang pengunjung berhati-hati mengeluarkan kantong uangnya dan mengeluarkan beberapa koin, meletakannya di atas meja, sambil mengipasi dirinya dengan semangat.

“Ini, secangkir teh untuk meringankan dahagamu, dan menyejukan udara panas” seorang pria tua membawakan teh dan tersenyum padanya. “Ini hari yang panas, kemana arah tujuanmu, Tuan ?”

“Ya, cuaca hari ini cukup panas untuk memanggang seseorang hingga mati” dengan satu tegukan teh rupanya cukup untuk menghilangkan kekeringan di tenggorokannya. Ia terlihat gembira dan berkata, “Aku sedang bergegas mengantarkan barang ke perbatasan.” Ia mengeluh, “sejak Dong Lin membuat kekacauan di perbatasan, keadaan menjadi sulit bagi kami pada pedagang untuk mendapat penghasilan. Beruntung Tuan Muda Jin Anwang memaksa si Bei entah apa namanya itu pergi. Jika tidak, aku tidak tahu kapan bisa pergi kesana.

“Ya, Tuan Muda Jin Anwang sangat hebat!”

“Aku tahu siapa yang kau bicarakan, dia adik penguasa Dong Lin, dia kuat juga”.

Orang-orang di sekitar tertawa, “Siapa yang peduli dengan kekuatan? Ia dipaksa pulang ketika melawan Tuan Muda Jin Anwang, eh?” Dia menghabiskan sisa tehnya dan meletakan beberapa koin lagi di meja. “Tehnya secangkir lagi, Tuan!”

Mendengar permintaannya, si penjual teh mengangguk. “Kudengar ia tak pernah kalah dalam pertempuran – sangat pantas menyandang gelar sebagai Komandan Gui Li terkuat”.

Mendadak sebuah suara menyela, “Kau berani membicarakan Tuan Muda Jin Anwang? dia sekarang berstatus sebagai penghianat Gui Li”.

Mendengarnya membuat mereka seperti disambar petir. Mulut mereka ternganga.

Si penjual teh memecah kesunyian. “Apa yang kau katakan? Tuan Muda Jin Anwang ...”

“Kalian semua belum tahu?” si pendatang baru ini duduk dan mengunakan lengan bajunya sendiri untuk mengipasinya. “Aku baru saja meninggalkan kota kemarin. Rupanya ia berusaha membunuh Raja dan sekarang sedang melarikan diri dari kota. Saat ini, Raja memerintahkan semua orang untuk menangkapnya. Kudengar  hadiahnya sangat menarik.”

“Tapi bukankah dia baru saja menyelesaikan masalah di perbatasan dan kembali ke ibukota untuk menerima hadiah”

“Benar, bukankan ini aneh. Dimalah ia kembali ke ibukota, ia berusaha membunuh Raja. Tebak senjata apa yang ia gunakan ?” Si pendatang itu mendramatisir beritanya, dan hampir semua pengunjung lain memberi  perhatian padanya.

“Pasti sebuah pedang yang sangat berharga,” seseorang menerka.

“Pasti ada kesalahan,” seseorang menebak.

“Jangan dengarkan omong kosong ini,” sahut yang lain, “aku tidak percaya kalau Tuan Muda Jin Anwang akan menghianati kita. Ia pejabat Gui Li yang paling setia, tak mungkin ia akan melanggar hukum.”

Si pendatang melihat tatapan curiga yang lain dan memegang janggutnya. “Ia menggunakan Pedang Heimo, yang sudah di anugrahkan kepadanya oleh Raja. Dan apa kau tahu, jika kau tergores oleh pedang itu, tak peduli seberapa kecilnya, akan meninggalkan bekas luka hitam yang jelek, dan tak akan hilang.

“Tapi...”

Ditengah perdebatan mereka. Tiba-tiba terdengar suaran langkah kaki kuda mendekat.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang