Volume 2 chapter 49
“Panglima! Panglima! Sadarlah!”
Ruohan merasa kepalanya hampir pecah ketika ia membuka matanya. Tenda utama telah terang oleh cahaya lilin. Ia melihat beberapa wajah Jendralnya yang sangat khawatir dengan luka kepalanya.
Dimana Chu Beijie?
Ruohan memegang kepalanya ketika ia memaksa bangun. “Dimana dia? Apa sudah tertangkap?”
Semua orang saling melihat satu sama lain. Sen Rong mendorong semua orang dan maju ke depan. Suaranya sedikit berguman, “Kami mendengar Panglima memanggil dan kami segera datang kemari. Ketika kami datang disekitar sangat gelap, kami begitu khawatir apakah anda selamat atau tidak, saat itu begitu kacau dan kami sangat panik. Begitu lilin-lilin sudah menyala, kami mencari ke sekeliling tapi tidak menemukan jejak si pembunuh.”
Ruohan menghela napas dan memukul kakinya. “Berengsek, sayang sekali!” tapi ia segera ingat, Chu Beijie pasti tidak mudah di tangkap. Ia pasti sudah memikirkan bagaimana untuk pergi sebelum memasuki perkemahan.
Huacan seorang Jendral yang baru naik pangkat. Ia merendahkan suaranya untuk melapor, “Lima belas penjaga pribadi Panglima telah terbunuh. Sepertinya serangan dadakan, mereka terbunuh dengan satu goresan di leher. Kemampuan orang ini sungguh mengerikan.”
Mayat para penjaga itu telah di periksa sendiri oleh para Jendral. Mereka semua sepakat kalau kemampuan musuh sungguh luar biasa, sehingga setiap orang menampilkan wajah takut.
Sen Rong menggelengkan kepalanya. “Empat negara belum pernah mendengar ada pembunuh yang sehebat itu. Mungkin sekarang saatnya untuk merapikan pasukan Bei Mo kita. Apa yang terjadi kalau sampai sesuatu menimpa Panglima dan pasukan kita kehilangan penasihat utama?”
“Benar. Siapa si pembunuh itu?”
Ruohan setelah diam agak lama, akhirnya menjawab, “Chu Beijie.”
Di dalam tenda yang agak luas itu, tiba-tiba terjadi kesunyian. Semua Jendral saling bertukar pandang, tidak tahu harus berkata apa.
Akhirnya yang pertama beraksi adalah Sen Rong, ia menarik napas panjang dan berkata, “Orang itu sungguh Panglima Zhen Beiwang?”
Nama Chu Beijie bagi mereka seperti mimpi buruk.
Di kota Kanbu, Chu Beijie hampir menghancurkan negara mereka. Orang itu telah mengendalikan strategi musuh dan kemampuannya menyusun rencana sungguh mengejutkan. Terlebih lagi kemampuan bela dirinya sangat menakutkan.
Saat ini, dengan menyusup ke perkemahan musuh, Chu Beijie sekali lagi menunjukan keberanian dan kehebatannya.
Siapa yang tidak sakit kepala memiliki musuh seperti itu?
“Untuk apa orang itu datang kemari?”
“Aku tidak yakin.” Ekspresi Ruohan sangat kacau. “Dia ingin aku menyampaikan pesan pada Raja.” Ruohan berusaha mengingat-ingat. Meskipun sangat memalukan dikalahkan dengan satu pukulan, masalah militer tak bisa dianggap remeh, jadi Ruohan berusaha keras untuk menceritakan segalanya dengan jujur.
Semua orang bisa mengerti, karena si penyusup adalah Chu Beijie. Mereka sama sekali tidak meragukan ucapan Ruohan. Ketika mereka mendengar, Chu Beijie telah menyatakan akan membunuh semua Jendral Bei Mo, satu per satu, mereka semua menjadi sangat marah. Mereka dengan suara keras, mengutuk Chu Beijie.
Ruohan lalu berkata, “Ucapan Chu Beijie tak mungkin tanpa alasan. Kalau penjagaan perkemahan kita tidak kuat, kita tidak akan sanggup menahan orang-orang dengan kemampuan seperti dia di kemudian hari.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...