Volume 2 chapter 39

1.5K 141 1
                                    

Salju baru saja berhenti ketika He Xia tiba di kediamannya.

Ia baru tiba tengah malam dan pagi-pagi sekali dihari berikutnya ia sudah harus menemui Tuan Putri di istana. Dilanjutkan dengan pertemuan bersama para Jendral untuk membicarakan masalah Dong Lin. Tubuh bajanya tetap saja merasa lelah.

Matanya terpaku pada kediaman di depannya, megah dan mewah tapi terlihat sepi. Sejak kembali dari istana, ia merasa lebih terikat pada kediamannya tapi ia juga merasa enggan dan takut.

Perasaan ini disebabkan oleh satu orang.

Pingting berada disana. Matanya sering mencari warna yang sering dipakai dan disukai Pingting. Ia terkadang menata sebuah tempat yang bisa mewakili Pingting.

Pingting tidak pernah berniat mempengaruhi seseorang, atau menangkap hati mereka. Ia adalah pribadi yang selalu bermalas-malasan dan bersantai, melupakan sekitarnya dan juga orang-orangnya.

Tapi He Xia pengecualian.

Berkat ikatan selama lima belas tahun tumbuh bersama, He Xia berhasil mempengaruhi Pingting, menangkap hatinya. Pingting selalu menyadari ketika perasaannya sedang tidak baik, entah saat tubuhnya sakit atau emosinya kacau. Sepasang mata cerdik itu perlahan akan berputar dua kali dan segera meringankan masalahnya. Pingting akan segera merencanakan sesuatu untuk membantunya, apakah berjalan-jalan di taman, atau memainkan kecapi atau membuat sebuah candaan.

Biasanya kalau ia tetap muram setelah bujukan Pingting, ia akan mengambil pedangnya dan mulai memainkannya. Dan Pingting, ia akan segera mengganti bajunya dengan yang berlengan panjang dan menemaninya dengan sabar dan lembut dalam “Sembilan Hari” permainan.

Begitu mereka berdua terkait, sebuah mistery menjadi bunga yang mekar.

Tak banyak pria dibawah langit ini, yang memiliki berkah seperti itu.

Berkah itu hanya milik He Xia.

Tapi ketika mata Pingting beralih dari He Xia. Ia baru menyadari kalau tatapan Pingting adalah hal yang sangat berharga.

Bukan suara kecapi atau nyanyiannya, bukan tarian, bukan tawanya yang menawan. Tapi kepastian keberadaannya adalah yang paling berharga.

Langit telah memutuskan kalau berkah yang ia miliki harus menghilang suatu hari.

Bagaimana mungkin ia patuh begitu saja menyerahkannya pada Chu Beijie tanpa perlawanan? Orang itu adalah musuh negaranya, orang yang telah menyusun rencana licik dengan aksi menyerahnya yang palsu, Tuan Besar Zhen Beiwang yang telah memancing He Su untuk menghancurkan Kediaman Jin Anwang, orang yang telah meninggalkan pedang ‘Jiwa Yang Terpisah’ dan orang yang telah menculik Pingting.

Langkah kaki yang ia lakukan perlahan melambat.

Gerbang pintu sangat tinggi. Itu adalah gerbang kediamannya, tapi terlihat lebih tinggi dari biasanya, gerbang itu akan tertutup dan menjadi penjara yang kokoh.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang