68

1.8K 138 0
                                    

Volume 3 chapter 68

Ekor mimpi sulit ditangkap. Chu Beijie tidak mampu terlelap.

Tapi Changxiao tertidur pulas di lengannya, sangat nyaman. Tubuhnya yang kecil bernapas dengan berat dan terkadang ia menempelkan wajahnya ke dada Chu Beijie.

“Apakah aku benar-benar boleh meletakannya?” Chu Beijie telah berada di posisi yang sam agak lama. Ia berkata sepelan yang ia bisa dan berkata sambil agak khawatir.

“Iya.”

“Apakah tidak akan membangunkannya?”

“Tidak, ia sudah sangat pulas.”

Chu Beijie memperhatikan anakknya lagi dan berkata dengan dahi berkerut. “Kurasa ia akan terbangun.”

Pingting menjadi kesal dan marah. Ia mendekat dan dengan terlatih mengambil anaknya dari lengan Chu Beijie, lalu membungkusnya dengan selimut. Chu Beijie mendekati. Ia menundukannya kepalanya, mempelajari setiap senti tubuh kecil itu dengan sangat teliti, pandangannya tak pernah beralih dari anaknya.

“Hati-hati.” Chu Beijie berkata dengan gugup, “Jangan sampai membangunkannya, nanti ia menangis.”

Pingting tertawa lama sekali. Ia menegakkan punggungnya dan menatap Chu Beijie, dan ia tertawa kecil, “Mereka berkata, seorang ayah berlaku keras sedangkan ibu selalu lembut, tapi ini sungguh terbalik.”

Chu Beijie tahu ia sangat gugup. Ia menangkap tubuh ramping itu dan menariknya mendekat. Ia berkata dengan mengatupkan gigi-giginya, “Siapa yang sendang menyakiti sekarang?” ia tidak menunggu jawaban Pingting, ia mengigit ringan cuping kuping Pinting.

“Ow…” Pingting berteriak pelan, kupingnya tersengat rasa hangat dan perasaan dalam.

Dan setelah gigitan kecil Chu Beijie melanjutkannya dengan lidahnya. Wajah Pingting menjadi merah padam dan ia bersaha mendorog dada Chu Beijie. Ia berkata dengan agak malu, “Apa yang Tuan lakukan?”

“Aku sedang bepikir, bagaimana caranya bisa menang tanpa pasukan?” Chu Beijie terkekeh kecil, menyebarkan udara hangat disekitar telinga Pingting. “Apa Nyonya sudah menyerah?”

“Menggunakan gigi untuk mengigit seseorang, sangat tidak terhormat….”

Tidak mungkin tubuh kekar dan seuat besi serta bahu yang lebar itu bisa didorong oleh Pingting. Setelah beberapa saat bercanda seperti itu, Chu Beijie menarik Pingting keluar tanpa suara. Begitu di luar tenda, langit malam penuh bintang menyambut mereka.

Chu Beijie menghela napas panjang, “Suasana seperti ini, hanya kurang suara melodi kecapi.” Ia berbalik dan menatap Pingting.

Pingting berkata, “Dimana bisa menemukan kecapi di tengah hutan seperti ini?”

Chu Beijie tertawa tanpa menjawab. Matanya menatap Pingting dalam-dalam, dan Pingting merona sampai ke telinganya. Di bawah tatapan Chu Bejie yang seperti itu siapa yang bisa tetap tenang, tapi Pingting mulai tersenyum. Ia mendekatkan tubuhnya ke dalam rangkulan Chu Beijie dan membawa pria itu melewati tenda-tenda lainnya sampai menemukan tempat yang tenang di pinggiran perkemahan dan duduk disana.

“Karena tidak ada kecapi, bagaimana kalau Tuan membiarkan Pingting menyanyikan sebuah lagu?”

“Lagu apa?”

Pingting menyeringai kecil, “Sebuah lagu pemberontakan, sebagai tanda permintaan maaf pada Tuan?”

“Oh?” Chu Beijie berpikir sejenak. Ia berkata pelan, “Mengapa Pingting perlu meminta maaf?”

Untuk beberapa alasan, Pingting sedikit terkejut dengan pertanyaan tersebut. Ia menunduk berpikir dalam, lalu menjawab pelan, “Mungkin atas kekeras kepalaan Pingting yang menyebabkan banyak kesulitan untuk Tuan.”

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang