Volume 3 chapter 73
Suara gemuruh tiba-tiba terdengar di telinga Fanlu.
“Aneh.” Fanlu menatap ke langit dan melihat titik hitam kecil di langit. “Bentuk putaran itu biasanya menandakan burung elang berkembang biak. Mengapa tiba-tiba melintas di atas sini?”
Pingting mengerutkan dahinya dan menatap ke atas. Ia dengan melihat dengan jelas burung elang di langit. “Ketika Tuan tiba di Qierou ia membawa sekelompok kecil pasukan untuk bersembunyi di perbatasan Yun Chang dan Bei Mo, dan bertugas memperhatikan pergerakan musuh. Kapten mereka memiliki seekor burung elang tua. Mungkinkah burung miliknya? Mengapa ia terbang di atas sini?” mendengar elang itu tak henti-hentinya berkoak, sepertinya menandakan sesuatu yang mendesak. Ia segera berlari ke dalam ruangan dan mengambil lonceng elang yang tinggalkan Chu Beijie. Ia mengguncangnya dan terdengar suara bersahutan antara lonceng dan elang.
Lonceng ini di berikan pemilik elang pada Chu Beijie untuk mengirim pesan. Begitu elang mendengar suara lonceng, maka ia tahu ia telah tiba di tempat tujuannya. Dengan sebuah teriakan panjang, sang elang menukik ke bawah.
Ada sebuah sobekan kain kecil terbungkus di kakinya. Fanlu segera berusaha meraihnya.
Zuiju berdiri di kejauhan dan berkata, “Hati-hati jangan sampai terpatuk!”
Ucapan Zuiju belum selesai ketika secarik kain itu berada di tangan Fanlu. Fanlu tersenyum, “Elang ini lebih ramah daripada kau. Ia tidak akan mematuk orang sembarangan. Biar aku membaca pesan apa yang dibawanya.” Ia membukanya dan ekspresinya tiba-tiba berubah.
Zuiju sudah cukup lama mengenalnya, dan ini pertama kalinya ia melihat ekspresi jelek seperti itu diwajahnya. Ia segera bertanya, “Ada masalah apa?”
“He Xia dalam perjalanan, membawa dua resimen untuk menyerang Qierou.”
“Ah!” Zuiju menangis karena panik, segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia menatap Pingting.
Mendegar perkataan Fanlu, warna di wajah Pingting menghilang. Pingting merasa tubuhnya bergetar, setelah agak lama ia bertanya, “Resimen mana yang dibawa? Dan berapa lama lagi mereka tiba?”
Fanlu tersenyum getir, “Bagaimana aku tahu? Kain ini hanya cukup mengatakan sebanyak itu. Tapi melihat tulisannya yang begitu berantakan, kurasa ini sangat mendesak.”
Zuiju berkata dengan takut, “Kedatangan He Xia adalah bencana. Apa Nona sudah memikirkan rencana bagus? Oh tidak, mengapa Tuan Besar memilih hari ini untuk pergi?”
Pingting mengelengkan kepalanya, “Bagus Tuan pergi hari ini.” suaranya menghilang diakhir ucapannya.
Fanlu berkata dengan serius, “Kalian harus segera pergi. Aku akan bertahan disini dan berusaha menahan He Xia selama mungkin.”
Wajahnya menampakan kemurahan hati yang langka.
Zuiju sangat panik dan hampir berteriak menangis.
Pingting memikirkan sejenak, dan segera menegakkan kepalanya. Ia telah membuat keputusan, “Perintahkan penyerahan diri segera. Kalau He Xia bergegas menuju Qierou, ia pasti sudah tahu segalanya. Pedangnya akan segera menghunusmu tanpa satu katapun.”
Huo Yunan dan yang lainnya sudah tiba dan begitu mendengar kata-kata Pingting ia bertanya, “Tidak mungkin semenakutkan itu ya kan? Elang lebih cepat dari pasukan, seharusnya masih ada waktu. Kita bisa menunggu sampai Tuan Besar kembali, jadi bisa merencakan sesuatu yang lebih baik.”
Pingting mengelengkan kepalanya dengan gusar. “Tidak, kita harus segera keluar dari Qierou, Fanlu, pikirkan cara untuk mengungsikan seluruh penduduk Qierou sesegera mungkin. Tidak perlu persiapan, kita harus segera meninggalkan kota dan menuju arah Resimen Shuitai.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...