Dihari pasukan Dong Lin berangkat menuju Yun Chang juga adalah hari He Xia berpamitan pada Putri Yaotian dan bergegas menuju perbatasan.
Sebagian besar pasukan Yun Chang sudah diletakan di tempat dan bersiaga. Mereka mengumpulkan keberanian untuk melawan ahli strategi militer Dong Lin yang paling ditakuti, Chu Beijie, mereka mempersiapkan segalanya di setiap sudut perbatasan. Mereka semua tahu, hanya Tuan Besar Zhen Beiwanglah yang mampu menandingi Tuan Besar Jin Anwang. Yun Chang meletakan nasib mereka di tangan Tuan Besar Jin Anwang, dengan mengetahui kalau militer mereka di pimpin olehnya, maka ini adalah pertarungan yang seimbang dengan Chu Beijie.
Bendera-bendera menutupi langit seperti biasanya dan suara gendang pertempuran bergetar di udara. Hari itu sepertinya suasana agak menyedihkan. Udara dipenuhi oleh ketetapan hati yang sangat kuat.
He Xia mengenakan pakaian baru dan terlihat tampan. Ia sangat penuh semangat seperti yang terlihat oleh ratusan tatapan para pejabat padanya. Hanya Suami Ratu yang bisa mengalahkan Chu Beijie saat ini. Nasib Yun Chang, menang atau kalah dalam medan pertempuran, semuanya berada di tangannya. Dibawah ribuan pasang mata, ekspresi He Xia sangat percaya diri dan kokoh. Ia berbalik untuk menoleh pada Tuan Putri yang memberikan secangkir arak padanya untuk mengirimnya pergi dengan keberuntungan. Tatapan He Xia berhenti pada wajah Putri yang mempesona dan ia tersenyum. Meskipun ia tidak berkata apapun, satu senyuman sudah cukup.
Semua ribuan kata yang ingin diucapkan Yaotian meleleh dalam satu tatapan penuh cinta. Ia tahu meskipun ia tidak ingin He Xia pergi, He Xia harus segera berangkat. Ia berkata lembut, “Tolong sangat berhati-hatilah Suamiku.”
He Xia menatapnya dengan lembut awalnya, tapi kemudian ia tersenyum dengan riang. Ia santai berbisik di telinga Yaotian, “Ada sebuah pertanyaan yang diajukan oleh ratusan para pejabat Yun Chang. Kupikir Putri juga akan menanyakan hal itu, tapi sepertinya tebakanku meleset.”
“Untuk apa aku bertanya?” ekspresi Yaotian tajam ketika ia berbisik, “Suamiku adalah pahlawan sejati, ia tidak akan kalah menghadapi Chu Beijie.”
He Xia tertawa dan berbalik untuk menaiki kudanya.
Bendera di belakangnya berkibar di langit. Tatapan He Xia berkeliling menatap para pejabat dan akhirnya berhenti untuk menatap Yotian dengan dalam. Penguasa negri melambaikan tangannya dengan lembut disamping para pejabat, mengantar kepergiannya. He Xia menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya ia merasakan sensasi seperti ini, kepahlawanan dan kehormatan.
Dan lawannya masih orang yang sama Chu Beijie.
Tapi hari ini, yang mengantar kepergiannya bukan Raja Gui Li, He Su, dan ia tidak berangkat dari ibukota Gui Li. Dan negara yang ia lindungi juga bukan Gui Li.
Dan sosok yang tak terpisahkan darinya juga bukan Pingting.
Jika ia berhasil membawa Chu Beijie hidup-hidup dan memenjarakannya di Kediamannya, apa yang akan Bai Pingting lakukan ketika melihat pria itu?
Tatapan He Xia beralih ke arah para prajurit dan para Jendral, yang sudah siap untuk berangkat. Ia mengangkat pedangnya ke udara.
“Berangkat!”
Suara roda kereta dan langkah kaki kuda mulai bergerak, perlahan, seakan mencoba membangunkan dunia dengan getarannya.
Debu kuning berterbangan.
Dari titik itu, seluruh kekuatan militer Yun Chang berada di tangan He Xia. Untuk menaklukan Dong Lin, Yaotian tidak boleh bertindak ragu.
Tanah yang coklat dan lumpur di perbatasan segera akan dibasahi darah, menutupi seluruh dataran dengan amisnya. Tak peduli seberapa banyak nyawa yang dikorbankan, permusuhan di antara dirinya dan Chu Beijie sudah digariskan langit sejak lama. Dan segera akan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...