Volume 3 chapter 65
Dong Lin, di dalam sebuah lembah tersembunyi.
Chu Beijie dan Pingting serta rombongannya sedang menyalakan kembali semangat yang telah hancur. Setelah diskusi militer selesai, setiap Jendral, masing-masing telah memiliki tugasnya ketika mereka melangkah keluar tenda. Langkah kaki mereka menjadi ringan dan mantap.
Tapi mereka juga sangat mengerti resiko yang harus dihadapi. Rencana Panglima Zhen Beiwang dan Pingting sangat berbahaya. Tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun.
Setelah pertemuan selesai, Chu Beijie menarik Pingting menjauh dari kerumuman ke sudut tenda. “Bagaimana mungkin penasibat Bai tidak menemaniku setelah menunjukan kehebatannya yang luar biasa itu?”
Pingting berbalik dan tersenyum, “Jangan lupakan taruhan kita. Pingting sudah memenangkannya, jadi Tuan tidak boleh menyentuh tangan Pingting selama sepuluh hari.”
Mata Chu Beijie bersinar, tanpa ragu ia mengeluarkan pedangnya dari sarungnya di pinggangnya. Ia menyerahkannya pada Pinting, “Kalau begitu Pingting boleh melukaiku sepuluh kali, menggantikan janji sepuluh hari.”
Pingting segera memasukan pedangnya kembali ke dalam sarungnya dan menggerutu, “Rencana Tuan untuk berikap menyedihkan tidak akan berhasil. Tuan yang mulai memancing Pingting terlebih dahulu, padahal sudah memiliki peta kota Qierou diam-diam. Tuan berencana menguji Pingting, sangat terlihat jelas. Bagaimana kalau Pingting tidak mampu menjawab, Pingting akan mempermalukan diri sendiri?”
Chu Beijie berkata pelan, “Apanya yang bersikap menyedihkan. Tidak bisa menyentuhmu selama sepuluh hari ketika kau berada di depanku, jauh lebih menyakitkan daripada di iris pedang. Sungguh menyiksa, sakitnya berasal dari dalam. Aku lebih suka mengambil cara yang mudah, sebanding dan tepat” wajah tampan Chu Beijie terlihat sangat tulus.
Hati Pingting bergetar karena kata-katanya. Ia meundukkan kepalanya, diam agak lama, sampai akhirnya ia berkata dengan suara seperti berbisk, “Bahkan jika Tuan bisa menghilangkan perjanjian sepuluh hari, Tuan tidak seharusnya memegang tangan Pingting setiap hari di setiap saat-saat penting” Pingting berpikir sejenak teringat kembali kejadian tadi dan menjadi sedikit marah. Ia cembetut sambil berkata, “Tuan sudah keterlaluan, mendesak Pingting sampai Pingting harus membuat taruhan seperti itu. Pingting akan membalas Tuan.” Mata Pingting menjadi bersinar menatap Chu Beijie dengan perasaan kesal dan cinta.
Chu Beijie melihat ekspresi lembut di wajah Pingting. Ia tersenyum sambil berbisik, “Katakan, kemana kau akan pergi?”
Mendengarnya Pingting wajah Pingting menjadi sedikit muram. Ia berkata pelan, “Aku harus mencari si jenius Tabib Huo. Zuiju….” Matanya mulai memerah.
Hati Chu Beijie terbakar rasa sakit.
Setelah pertemuan mereka, Pingting mulai mengingat kembali kenangan-kenangan lamanya, dan ia kadang mengutarakannya. Setiap kali Pingting melakukannya, ia hanya bicara sedikit tidak berniat menjelaskannya.
Tapi Chu Beijie sangat mengerti, penderitaannya sama sekali belum hilang. Kematian Zuiju adalah salah satu hal yang paling menyiksanya.
Saat itu, apa yang sebenarnya terjadi di gunung Songseng, yang menyebabkan tragedi seperti ini?
Apa anak mereka juga terkubur di bawah salju yang begitu putih?
Tapi ia tidak berani bertanya pada Pingting apakah anak mereka benar-benar mati atau tidak. Bagi Pingting, hal ini pasti merupakan penderitaan yang tak mampu di tahannya.
“Aku akan menemanimu.” Chu Beijie menggengam erat tangan Pingting.
Pingting perlahan menggelengkan kepalanya, “Maaf Tuan, Pingting ingin menyampaikan pada Tabib Huo sendiri saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...