Volume 2 chapter 35

1.8K 140 2
                                    

Mereka berdua diam-diam merasa kecewa.

Moran berkata, “Meskipun He Xia berkata tidak akan bergerak sampai tanggal enam, kita tidak boleh meremehkannya. Aku akan melakukan persiapan untuk mempertahankan kediaman ini.”

Zuiju mengangguk setuju dan melihat Moran berbalik pergi. Ia memikirkan sesuatu dan berkata pelan, “Ah,” tapi ia segera menahan suaranya untuk memanggil Moran dan membiarkannya pergi.

Zuiju kembali ke dalam ruangan, ia melihat Hongqian masih duduk di kursi sambil ketiduran.

Hongqian sudah terlalu banyak menerima kejutan untuk pikirannya yang sederhana. Melihat Moran dan Pingting telah kembali dengan selamat, ia menyadari kalau bahaya telah berlalu dan akhirnya tertidur. Kemudian ia mendengar tirai disibak, ia membuka matanya dan melihat Zuiju telah kembali. Ia meletakan ibujarinya di mulutnya.

“Hush…” ia menunjuk pada ruang dalam, memejamkan matanya dan meletakan kedua tangannya terkatup di satu sisi wajahnya, memperlihatkan gaya tidur.

Zuiju memberikan tatapan mengerti dan bergerak dengan tanpa bersuara, memperhatikan Pingting.

Pingting berbaring di tempat tidurnya, rambut panjangnya terurai disekitarnya. Sebagian rambutnya jatuh dari tempat tidur. Matanya terpejam dan ia terlihat pulas.

Sebuah selimut tebal menutupinya, tapi jendela masih terbuka, membiarkan angin dingin berhembus ke dalam.

Zuiju berbisik, “Sungguh kebiasaan buruk yang harus dirubah.” Ia berjingkat perlahan-lahan ke samping tempat tidur, dengan hati-hati mengapai daun jendela. Sebelum ia berhasil meraihnya ia mendengar sebuah suara dari bawah.

“Jangan di tutup. Hembusan angin menyegarkan pikiranku.”

Zuiju menoleh ke bawah untuk melihat, Pingting sudah membuka matanya. Bagaimana mereka bisa berpikir kalau ia tertidur saat cuaca begitu terang?

“Lebih baik di tutup, karena sangat tidak lucu kalau Nona terkena pilek.” Zuiju dengan keras kepala menutup jendela dan duduk di samping tempat tidur. Ia memasukan tangannya ke balik selimut dan menarik tangan Pingting untuk memeriksa nadinya. Ia mendengarkan dengan seksama dan akhirnya tertawa ringan, “Kau baik-baik saja.”

Ia mengembalikan tangan Pingting ke dalam selimut kembali dan berkata dengan suara pelan. “Aku sudah mendengarnya dari Moran. Aku sungguh tidak tahu harus berkata apa.”

Pingting mengeluarkan senyum lembut dan balik bertanya, “Jangan katakan kalau kau juga khawatir Tuan tidak kembali.”

Zuiju menatap mata Pingting.

Ia telah menemani gurunya menyelamatkan banyak nyawa dan terbiasa dengan para bangsawan dan pejabat. Ia telah menjadi akrab dengan para Nona dan Nyonya dari para keluarga penting di Dong Lin, bahkan juga para Selir di istana, tapi ia belum pernah bertemu seseorang yang seperti Bai Pingting.

Sangat pintar, ceria, tapi juga sangat penyendiri. Bagaimana bisa Kediaman Jin Anwang menghasilkan seseorang yang begitu terhormat seperti He Xia, membawa pedang dan lagu untuk mengejar seorang Bai Pingting?

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang