Volume 3 chapter 60
Suara deru langkah kuda mengguncang langit keempat negara. Si pememenang bermandikan kejayaan sementara yang kalah terus bertempur dengan menahan luka, yang meninggal anggota tubuhnya tercerai-berai.
Dibawah kemewahan emas, arak bagus, dan para penari yang cantik, kesengsaraan milik mereka yang hidup dalam ketakutan dan persembunyian.
Belum ada kerusakan yang begitu besar karena akibat perang untuk saat ini.
Ada sebuah hutan yang sangat lebat yang bahkan oleh pasukan Yun Changpun tidak berani disentuh. Letaknya dekat padang pasir Bei Mo, hutan itu begitu lebatnya, sehingga sinar mataharipun tidak mampu menembusnya dan luasnya ratusan kilo. Bertahun-tahun, begitu banyak binatang busa dan serangga beracun bersembunyi di balik bayangannya.
Bahkan para penebang pohon dan pemburu hanya berani mendirikan pondok kayu di pinggirannya. Hanya sedikit yang berani mengintip ke dalam hutan misterius yang begitu luas itu.
Siapa yang ingat, kalau disana ada sebuah gunung?
Gunung Dianqing.
Puncaknya sangat curam. Pernah sekali seorang wanita memerintahkan ribuan prajurit berkemah di dekat mata air.
Pemandangan sekitarnya sangat indah dipandang mata. Air gunungnya sangat manis seperti suara nyanyiannya.
Wanita itu sangat terkenal karena kemampuannya bermain kecapi mampu menggerakan dunia, dengan kedua tangannya yang anggun. Ia menyelesaikan bahaya di Kota Kanbu, ia terpaksa memegang kekuatan militer Bei Mo.
Pada saat itu, seseorang memimpin pasukan musuh menuju puncak, siap untuk menghadapi wanita itu, Jendral terkenal di dunia, Panglima Zhen Beiwang.
Dalam keputusasaan, pembunuhan, kebohongan, dan persengkongkolan, semuanya berujung disini, akhirnya, harapan wanita itu terpenuhi.
Begitu juga harapan pria itu.
Tragedi masa lalu sudah berakhir.
Siapa yang bisa menebak, sebelum mereka menuruni bukit, sekali lagi mereka bersumpah pada bulan dan berkuda dengan penuh kebahagiaan. Ketika mereka melewati jembatan yang diputus, mereka berpelukan erat sambil terjatuh ke bawah.
Tidak ada.
Tidak ada yang mengerti.
Mengapa Tuan kemari?
Untukmu.
Tapi yang terpenting adalah, tidak ada yang bisa mengerti. Apakah angin tahu? apakah awan tahu? Cabang pepohonan yang patah dan buah yang terjatuh mendengar dan melihatnya.
Bulan di langit menjadi saksi mereka.
“Ayo bersumpah pada bulan, tidak akan saling berhadapan lagi.”
Kalau pria itu memang begitu mencintainya, teganya ia, berbalik melawannya?
Teganya.
Beri liar di lembah sangat asam, Pingting berbaring di pohon dengan perasaan kesal.
Panglima Zhen Beiwang yang telah menguncang dunia, dan menghilang sepenuhnya, berada disini.
Pria itu telah melupakan segalanya.
Telah melupakan Dong Lin, Bei Mo, Gui Li, Yun Chang, kekuatan militer dan takhta kerajaan. Ia telah melupakan kegembiraan rakyat yang memujanya dan kemewahan keangungan hasil kemenangan yang ia rasakan ketika duduk di atas kudanya.
Ia hanya mengingat apa yang telah hilang darinya.
Kau telah membunuh Pingting, kau membenci wanita itu dan mengirimnya kembali pada He Xia, karena itulah ia meninggal sendirian di dalam salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...