Volume 2 chapter 45 --
Akan selalu ada saja hari yang tidak terduga.
Setelah dua hari panas, langit mulai murka lagi. Awan tebal menggantung di atas, gelap mengelilingi gunung-gunung yang dekat dan gunung-gunung yang jauh.
Zuiju melihat ke langit dan menghela napas. “Sepertinya akan ada badai salju.”
Pingting berbaring di atas batu ketika ia menaiki lereng gunung yang tertidur. Ia sedikit terenggah-enggah dengan diam memperhatikan sosok kabur orang-orang berada jauh di bawahnya. “Gunung Xiaoyang sudah di depan. Setelah itu, pos pemeriksaan dan kita akan tiba di Bei Mo. Masalah badai salju khawatirkan nanti saja.”
Zuiju mengangguk.
Buntelan bawaan mereka telah di curi oleh para petugas ketika mereka menginap di kabin pasangan tua. Mereka sudah tidak memiliki baju atau uang. Terkadang mereka mengobati orang untuk mendapatkan sedikit uang, tapi ini memang masalah penting dalam perjalanan mereka. Tangan mereka yang halus telah berubah menjadi kasar.
Hari ini mereka melihat salah satu pos pemeriksaan untuk memasuki Bei Mo, Gunung Xiaoyang. Mereka berdua sedikit merasa lega. Begitu mereka tiba di Bei Mo, Yangfeng pasti akan menerima mereka. Pingting dan Zuiju saling membantu menuruni lereng. Mereka lebih berhati-hati dibanding ketika mendakinya. Mereka sudah mendapat pengalaman tak terhitung, dalam perjalanan dari ibukota Yun Chang sampai ke tempat itu. Sekarang mereka bersembunyi dengan tenang di jalan kecil hutan, duduk tenang di ujung jalan sambil memperhatikan pergerakan di Gunung Xiaoyang.
Beberapa orang terlihat seperti saudagar membawa kereta, bersiap untuk melewati pos pemeriksaan. Mengetahui badai salju akan segera datang, kepala saudagar menoleh ke langit dengan khawatir. Ia mengeluarkan sekantung uang dan menyerahkannya pada kepala penjaga. Ia memohon, “Tuan, lihatlah cuacanya. Badai salju segera turun, meski kami bisa bertahan, tapi barang-barang kami tidak. Berbaik hatilah, biarkan kami lewat tanpa kegaduhan. Aku lewat jalan ini setiap bulan, tiga atau empat kali, bagaimana mungkin aku tidak diperbolehkan melewatinya hari ini? Biasanya kalian tidak pernah memeriksanya, jadi hari ini mengapa tiba-tiba….”
“Jadi kau menyalahkan kami, hee?” si kepala penjaga mengerutu. “Kami tidak pernah memeriksa karena atasan kami memerintahkan seperti itu. Perang akan dimulai sekarang. Perang, kau mengerti? Ada dokumen tergantung disana dan jika kau cukup terpelajar, bacalah sendiri. Ditulis dengan jelas, tanpa surat ijin, kau tidak bisa melewati pos pemeriksaan.”
Di balik semak-semak, mereka berdua yang turut mendengarkan percakapan itu, saling bertukar pandang.
“Tempat ini seperti Gunung Hemeng, hanya mereka yang memiliki surat ijin yang bisa lewat.” Wajah Zuiju menjadi sedih, “Bagaimana ini, kita sudah menghabiskan tenaga, tergesa-gesa kesini dari Gunung Hemeng.”
Mata hitam Pingting menatap ke balik celah kecil diantara pintu gerbang tua Gunung Xiaoyang. “Sepertinya seluruh pos pemeriksaan dari Yun Chang menuju Bei Mo telah di perintahkan dengan ketat, hanya memperbolehkan mereka yang memiliki surat ijin yang bisa lewat.”
Seharusnya ia telah memikirkan hal ini sebelumnya. Pos pemeriksaan pasti akan luar biasa ketat begitu perang dimulai.
Yun Chang tidak bisa membiarkan serangan tiba-tiba dari Bei Mo yang bisa mengakibatkan kerugian ketika mereka bertempur menghadapi Dong Lin.
“Apa yang akan kita lakukan?”
“Tak ada cara lain.” Pingting menaikkan kepalanya, melihat ke ujung gunung yang tertutup awan gelap.
Jalan gunung ini memisahkan dua negara, Yun Chang dan Bei Mo. Pos pemeriksaan telah ditempatkan di seluruh kaki gunung. Di musim salju, hutan di gunung yang tinggi luar biasa dingin, para binatang kelaparan. Hanya orang gila yang akan melewati jalan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...