Untuk sekitar dua puluh hari berikutnya, Chu Beijie menolak untuk meninggalkannya, seperti khawatir Pingting akan menghilang. Ia memperhatikannya seperti elang, seperti orang lapar dihadapan makanan.
Hati Pingting meleleh seperti es batu yang melawan musim panas.
“Kemana Moran akhir-akhir ini ?”
“Aku menyuruhnya melakukan sesuatu, ia baru kembali kemarin.”
“Apa yang begitu penting hingga kau menyuruhnya pergi?”
Chu Beijie melihat alis matanya terangkat di wajahnya dan menghela napas. “Hal terpenting di dunia ini adalah kau tetap bersamaku.”
Pingting memutar bola matanya dan mengerutkan hidungnya, “Perayu.”
“Kau salah, mulutku yang perayu Nyonya, coba saja.” Ia mengambil kesempatan dan menciumnya, hanya melepaskannya ketika ia mendengar suara teredam “nnnn” dari mulut Pingting. Ia melepaskannya, berwajah serius dan berkata, “Ayo kembali ke dalam.”
“Tak mau!” Pingting mengepalkan tinjunya dan mengarahkannya ke dada Chu Beijie. “Kau penggoda. Aku tak mau ke dalam.”
Sebuah pekikan lagi dan Pingting sudah dibopong oleh Chu Beijie.
“Geez, tidak lagi..... biarkan aku istirahat.”
Chu Beijie tertawa, “Kau bisa beristirahat setelahnya.”
Sekarang sudah musim kepingan salju berjatuhan, tapi Pingting masih belum menemukan waktu yang tepat untuk meninggalkan Kediaman Zhen Beiwang. Ia hampir merobek saputangannya, karena khawatir tentang hal ini.
Hari ini seharusnya adalah hari terbaik, karena Chu Beijie akan pergi sepanjang hari, tapi ia telah memerintahkan Chu Morang, “Jaga baik-baik calon istriku sampai aku kembali.”
Pingting sudah bertekad takkan melewatkan kesempatan baik ini. Ia berdiri di depan pintu gerbang untuk waktu yang lama, memperhatikan Chu Beijie menunggang kudanya menjauh darinya, seperti -- itu adalah saat terakhir ia bisa melihatnya.
Chu Moran menghampirinya dan berhenti dengan hormat agak jauh, “Nona Yangfeng, diluar sangat dingin, tolong masuklah kedalam.”
Setelah Chu Beijie menghilang dari penglihatan, Pingting memikirkan rencananya. Ia berbalik, bibirnya tersenyum. “Aku rasa besok akan turun salju.” Ia mundur masuk ke gerbang utama dan ia bisa melihat Chu Morang berdiri dengan tegap dibelakangnya.
“Moran, kau harus melakukan tugasmu yang lainnya.”
“Tuan memerintahkan saya untuk melindungi Nona Yangfeng, hari ini.”
Wajah Pingting sedingin batu. “Kau mengawasiku?”
“Tak berani.”
“Aku mau pergi keluar. Apa kau akan mengikatku dan melaporkan pada Tuan Besar?”
“Tak berani.” Seperti yang diharapkan dari Moran, suara dan wajahnya selalu tanpa ekspresi.
Pingting menundukan kepala, termenung. Dan ia mulai terkekeh. “Aku rasa kau salah paham. Suasana hatiku sedang tidak baik sekarang karena Tuan tidak disini dan aku mulai melampiaskan rasa kecewaku padamu.
Wajah Moran memperhatikannya. Wajah Pingting sangat ramah.
Gas tidur atau obat tidur? Pingting memperhitungkan baik-baik selama ia berjalan kedalam.
Sayangnya, ia tidak memiliki keduanya. Bahan untuk membuat gas tidur sulit didapatkan dan terlalu rumit untuk membuat obat tidur. Ada sebuah resep lain yang lebih mudah, tapi ia butuh tumbuhan obat yang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...