59

1.3K 139 0
                                    

Volume 3 chapter 59

Setelah ibukota Dong Lin di taklukkan, He Xia memerintahkan untuk memburu keluarga kerajaan dan para Jendral yang tersisa. Ia juga memerintahkan untuk membakar istana Dong Lin.

Berkat obor para prajurit Yun Chang, ibukota Dong Lin terbungkus asap tebal, dan api terang dari istana kerajaan membuat langit menjadi separuh berwarna merah.

“Istana… istana kerajaan!” raktyat yang masih berada di ibukota menoleh ke langit, wajah mereka terkejut dan berurai airmata sambil menyaksikan api meliuk-liuk.

He Xia memerintahkan untuk membantai prajurit yang tersisa bukan hanya untuk membalaskan kemarahannya. Karena untuk mempertahankan pasukan yang begitu besar, biayanya sangat mahal. Tidak ada negara yang memiliki wilayah yang begitu luas seperti ini, maka ia harus bertindak cepat dan pasti.

Untuk menghancurkan sebuah negara, yang pertama harus dihilangkan adalah kepercayaan dan keyakinan rakyatnya.

Istana kerajaan telah hangus menjadi abu, rata dengan tanah oleh para prajurit Yun Chang. Untuk mereka yang beruntung bisa melarikan diri, keyakinan mereka telah dihancurkan.

Istana yang merupakan lambang kerajaan selama berpuluh-puluh tahun telah menghilang dilahap api, bagi rakyat Dong Lin merupakan pukulan telak terakhir pada hati mereka.

Tuan Besar Zhen Beiwang yang telah memberikan rasa aman yang begitu kuat telah menghilang, kepada siapa mereka bisa menggantungkan harapan mereka?

Kabar buruk telah menyebar luas, melewati setiap sudut wilayah Dong Lin, membuat rakyat Dong Lin yang terperangkap menjadi putusasa.

“Yang Mulia, apa yang akan kita lakukan?” kabar itu melewati tempat yang jauh dimana para prajurit yang tersisa melaporkan pada Ratu yang sedang terduduk kaku.

Hampir separuh wilayah ibukota telah hilang. Rakyat kehilangan rumah mereka dan istana telah menjadi debu.

Bagaimana bisa Dong Lin yang hebat, hancur seperti ini?

Jendral Chen Mu telah meninggal dalam peperangan, sementara Moran dan Luoshang dengan susah payah melindunginya ketika meninggalkan ibukota. Dibelakang mereka, suara para prajurit yang terbunuh mengetarkan langit, dan darah mereka membuat bercak di pakaiannya.

Setelah itu ia sangat menyadari, Zhen Beiwang adalah harta yang melebihi benda berharga. Tak heran, begitu para pejuang Dong Lin menyebut Tuan Besar Zhen Beiwang, wajah mereka sangat gembira dan bangga.

Saat ini ia bukan lagi wanita kelas atas yang terperangkap di istana. Sekarang, ia mengenakan pakaian kasar, semua kemewahan menghilang. Ia dilindungi oleh beberapa prajurit Dong Lin yang tersisa bersembunyi di dalam hutan atau daerah tak berpenghuni, menghindari pengejaran prajurit Yun Chang.

Di dalam kegelapan yang pekat, dan masa depan yang sulit diduga, Ratu sering teringat masa lalunya.

Dulu, Dong Lin memiliki kekuatan yang begitu besar. Pasukan mereka siap untuk berperang melawan tiga negara, bersama Raja dan Zhen Beiwang.

Kapan nasib buruk mulai terjadi?

“Bai Pingting…” sebuah nama keluar dari ucapan Ratu, nama yang tak mungkin dilupakan.

Bai Pingting bergerak di Bei Mo, membuat He Xia mendapat kesempatan ikut campur.

Hari itu, Tuan Muda Jin Awang berkerjasama dengan Raja Bei Mo meracuni dua anaknya. Itulah awal nasib buruk Dong Lin.

Kematian dua pangeran membuat Chu Beijie dan Bai Pingting saling curiga, tapi juga membuat cinta mereka semakin kuat.

Dan ketika cinta mereka begitu kuat, prajurit sekutu Yun Chang dan Bei Mo tiba.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang