Seluruh Dong Lin berubah warna menjadi sendu. Atas perintah Raja, seluruh rakyat baik bangsawan maupun kalangan biasa dilarang mengenakan warna cerah selama tiga bulan kedepan. Pakaian, tirai semuanya sederhana, bahkan papan nama yang menandakan kekayaan dan kemakmuran harus di turunkan.
Udara sangat berat dengan bayangan kematian.
Kedua pangeran, kedua anak dari Raja, telah terkena racun tanpa penawar. Mereka begitu muda dan belum genap sepuluh tahun. Mereka belum pantas untuk di kuburkan di pemakamaman Dong Lin tapi harus di kremasikan sesuai tradisi yang berlaku. Abu mereka akan di tebar di sungai agar mereka bisa menghilang ke dalam bumi.
Chu Beijie telah menerima berita buruk ini dan bergegas membawa pasukannya kembali.
Sekitar lima puluh mil dari ibukota, seorang petugas senior sayap kanan, Sangtan, berdiri, menghentikan mereka.
“Berhenti!” Melihat bendera coklat kerajaan berkibar lemah di kejauhan, Chu Beijie mengangkat tangannya.
pasukan yang berjumlah ribuan yang telah lelah berhenti dengan kacau, wajah berdebu mereka bingung karena wajah khawatir dari seorang penjaga istana yang sedang berdiri di luar istana.
“Titah Raja,” Sangtan sambil memegang kain kuning berkata, “Ibukota saat ini sedang berkabung atas kematian kedua pangeran. Kehadiran dari pihak yang di duga bertentanggan seprti pasukan prajurit, sulit untuk diterima maka mereka dilarang memasuki ibukota. Seluruh pasukan dan kuda harus tetap berada luar dan akan berada di bawah komando Pangeran Fu Lang.”
Para komandan turun dari kuda mereka, diam dan mendengarkan. Hanya suara Sangtang yang datar dengan intonasi sempurna yang terdengar.
Senja mulai tiba, memunculkan lebih banyak kegelapan. Moran merasakan tulang belakangnya merinding ketika mendengarkan dan diam-diam melirik ke arah Chu Beijie.
Ekspresi Chu Beijie terlihat datar, tidak bermusuhan dan juga tidak bersahabat. Ia menerima Titah Raja dengan kedua tangan dan berdiri tegak.
Ekspresi Sangtan sangat berhati-hati, tangannya tersembunyi di balik lengan bajunya. Dengan nada ramah ia berkata, “Pangeran akhirnya anda kembali. Anda adalah adik kandung Raja, jadi tolong buat dia merasa tenang agar kesehatannya tidak terganggu selama masa berkabung ini. Raja memintaku secara khusus untuk mengawal anda memasuki ibukota.” Ia mundur selangkah dan memperlihatkan sekitar lima puluh pengawal istana di belakangnya. Sepertinya setelah kejadian Pangeran kecil di racun seluruh petugas istana di ganti. Tidak ada satupun wajah yang terlihat akrab.
“Tuan...” Moran berdiri disamping Chu Beijie dan suaranya tercekik, “Para prajurit telah lama pergi dari rumah dan mereka sangat menantikan untuk pulang. Sekarang mereka dilarang untuk memasuki ibukota, aku takut beberapa orang mungkin akan membuat kekacauan. Aku mungkin hanya terlalu khawatir, tapi sangat tidak baik kalau sampai terjadi keributan. Apa yang sebaiknya kita lakukan, tolong, Tuan beritahu kami.”
Ekspresi Sangtan tidak berubah, ia terbatuk sekali dan berkata pada Moran, “Apa anda tidak mendengarkan Titah Raja Komandan? Mereka akan di urus oleh Pangeran Fu Lang.”
“Tuan Petugas, ini mungkin hanya kekhawatiran Moran yang berlebihan, tapi masalah militer sulit untuk diperkirakan. Disini sangat banyak prajurit, dan jika sesuatu terjadi....”
“Diamlah!” suara Chu Beijie tiba-tiba menyela.
Moran berhenti bicara dan menundukan kepalanya.
Sangtan tadinya khawatir untuk menghadapi Moran tapi melihat Chu Beijie tiba-tiba menyela, ia segera berkata, “Sekarang sudah hampir malam dan Raja sedang menunggu, jadi mohon Pangeran naik ke kuda dan ikut bersama kami memasuki ibukota.” Ia memerintah seseorang untuk menunjukan kuda Chu Beijie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...