Moran tidak bisa terlelap malam itu. Ekspresi wajah Chu Beijie malam itu membuatnya sangat gelisah, dan ia tidak berani menoleh ke arah Pingting.
Siapa yang bisa menerka kata-kata seperti apa yang telah dilontarkan dari bibir merahnya yang menyebabkan Tuan kehilangan kesabarannya sampai seperti ini?
Tiupan angin dan salju sama sekali tidak berhenti sejenakpun sepanjang malam.
Moran berdiri di satu sisi dan melihat Hongqian sedang menagis sambil memohon, “Nona kumohon, jangan membuat masalah. Tuan Besar sudah sangat marah.”
Pingting bersandar dan ia terbatuk, matanya memperlihatkan kebulatan tekadnya. Ia menoleh ke arah Hongqian dan berkata dengan bercanda, “Jadi hanya demi Tuan.”
Kedua mata Hongqian merah dan ia segera mengelengkan kepalanya. “Bukan, tentu saja bukan begitu…. bukan demi Tuan Besar, untuk Nona. Nona jangan merusak kesehatan seperti ini. Setidaknya makanlah sedikit. Kalau Nona jatuh sakit ketika cuaca sedingin ini, apa yang harus kulakukan?”
Pingting memikirkan Hongqian sejenak tapi ia tetap mengeraskan hatinya. “Kemarilah.” Pingting menarik Hongqian untuk duduk disebelahnya dan menenangkan gemetarnya. Pingting tertawa kecil, “Gadis bodoh, kau tak perlu khawatir.”
“Oh tidak, bagaimana mungkin aku tidak khawatir?” berkat bujukan Pingting yang lembut air mata Hongqian berhenti mengalir. “Tuan Besar berkata kalau terjadi sesuatu pada Nona, pelayanmu ini akan menerima hukuman militer.” Hongqian mengusap airmatanya, “Tuan Besar tidak pernah mengingkari kata-katanya.” Ia gemetar memikirkan tatapan tajam penuh amarah Chu Beijie.
“Cara militer sangat kasar, aku tidak bisa membantumu.” Pingting tidak tergesa-gesa, ia perlahan berbaring menghadap belakang.”
Pada saat itu Hongqian menyadari, adalah hal mustahil untuk merubah keputusannya, maka ia segera berdiri. Mengibaskan lengan bajunya dan berkata, “Nona, tentu saja anda bisa membantuku. Kalau Nona makan sedikit saja, anda telah sangat berjasa untukku.”
Pingting sepertinya sangat jauh, tidak mendengarkan dan seperti memikirkan sesuatu. Ia terlihat sangat pusing. Tatapannya berhenti sebentar pada Hongqian dan akhirnya dengan berat menutup matanya, seperti mencoba untuk tertidur.
Hongqian bagaimanapun tidak menyerah. Ia memohon lagi, “Nona, anda memiliki hati yang besar. Nona anda tak mungkin membiarkan aku mati benarkan?”
“Hidup dan matimu di tangan Tuan Besar.” Pingting menjawab samar-samar. “Hidup dan matiku juga di tangan Tuan Besar. Jangan memohon padaku, memohonlah pada Tuan Besar.” Ia berbalik menghadap tembok, dan tak berkata apapun lagi.
Moran memperhatikannya sepanjang malam. Pagi kedua, ia segera mendatangi Chu Beijie di kamar tidurnya. Pelayan Chu Beijie memberitahunya, “Tuan Besar berlatih pedang sejak subuh.” Moran segera tergesa-gesa menuju halaman kecil tempat Chu Beijie berlatih. Ketika ia hampir mencapai tempatnya terdengar suara nyaring yang mengalahkan suara tiupan angin salju, suara pedang saling memukul, terkeju, Moran segera memasuki halaman.
Chu Beijie sedang berlatih tanding dengan beberapa bawahannya, pedang tumpul di tangannya berayun dengan cepat membelah secara horizontal dan vertical, kegigihannya sulit dihentikan. Dan setiap ia mengayunkan pedangnya setidaknya satu orang akan terjatuh, tapi semua bawahannya adalah petarung yang gigih dan para prajurit pemberani. Saat ini belum lama sejak mereka mengeluarkan pedang mereka dan mulai menyerang, tapi sudah sangat sulit untuk bernapas. Untuk yang tidak mengenal mereka, pertarungan ini terlihat seperti pertempuran antara hidup dan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...