Volume 1 chapter 18

1.6K 170 1
                                    

Setiap detik sangat berharga untuk mengetahui rencana rahasia Chu Beijie. Pingting tidak tertarik dengan hadiah; ia sederhana saja menginginkan hak untuk mengendalikan pasukan Bei Mo dari Raja agar ia lebih mudah untuk menggerakan pasukan disaat genting. Setelah dengan singkat bertemu dengan para Jendral tinggi di saat kedatangannya, ia tidak terlihat di depan umum lagi.

Pertemuan di adakan di ruangan Pingting yang telah di berikan oleh Ze Yin. Ze Yin satu-satunya yang berdikusi taktik perang dengan Pingting. Selain menjadi teman baik istrinya, latar belakangnya yang tidak diketahui dikesampingkan. Ze Yin telah mendapatkan persejutuan Pingting, dan ia sangat menolong.

Situasi pasukan Bei Mo sekarang bukan karena ketidakmampuan Ze Yin tapi karena kepintaran Chu Beijie.

“Apa yang anda pikirkan, Nona?” Ze Yin akhirnya memecahkan keheningan. Ia melanjutkan laporan terakhirnya. “Kali ini, kita kehilangan beberapa lusin pasukan mata-mata awal. Mereka hanya mendapatkan berita yang tidak pasti. Sungguh sia-sia.”

Pingting menerima berita dengan tenang tapi tidak menjawab. Ia menggelar peta dan menggerakkan telunjuknya melintang sebelum akhirnya berhenti di pojok bawah sebelah kanan. Ia mengerutkan dahu dan berguman, “Selatan penuh dengan hutan tebal, hanya itu. Menurutmu mengapa Chu Beijie mengirimkan prajurit kesana setiap hari?”

Ze Yin ikut bergabung di dekat peta dan juga mengerutkan dahi seperti memikirkan sesuatu tapi ia segera menggelengkan kepalanya. “Mustahil untuk mengepung dan menyerang Kanbu dari belakang melalui hutan itu. Bukan hanya buang-buang waktu tapi juga habis tenaga. Hutan itu sendiri agak berbahaya, penuh dengan ular berbisa. Pasukan akan berkurang lebih dari setengah sebelum mereka mencapai di Kanbu.”

Pingting mengibaskan sebuah catatan harian, sejarah pertempuran Kanbu ketika ia memikirkan sesuatu. “Apakah ada catatan serupa yang menjelaskan tentang hutan lebat ini ?”

“Hutan itu gelap, berbahaya dan menakutkan – tak banyak orang yang bersedia masuk kesana.” Ze Yin melanjutkan, “Tapi seorang Kepala Penjaga Kanbu sebelumnya telah mendedikasikan dan menggumpulkan data tentang tata letak dan keadaan daerah sekitar Kanbu. Mereka masih menyimpannya. Mungkin ada sesuatu tentang hutan ini di dalam buku itu, tapi aku tak yakin seberapa rinci keterangannya. Aku akan segera mencarinya jika Nona menginginkannnya.”

Ia sendiri yang pergi ke sebuah perpustakaan lain, untuk mendapatkan satu set buku tua dan berdebu dan meletakannya di atas meja.

Pingting berharap berita tentang Raja Dong Lin yang tak sadarkan diri segera sampai ke telinga Chu Beijie sebelum rencananya sempat ia jalankan. Jika tidak, dan Pingting dan mampu menghentikan rencananya, artinya kekalahan Kanbu dan akhirnya, penaklukan negara Bei Mo.

Dan sekarang, Ze Yin sudah memantapkan diri untuk bertarung sampai akhir, dan secercah sinar harapan Bei Mo adalah musuh Chu Beijie yang tidak dikenal, Pingting.

Sebuah keberuntungan yang jelek – ia akan baik-baik saja kalau musuhnya bukanlah si luar biasa Chu Beijie, ya kan?

Pingting menyadari perubahan udara. Ia menatap Ze Yin dan menyadari kedipan ke arahnya. “Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau memejamkan mata? Kesehatan tubuh sangat di perlukan untuk bisa bertempur dengan baik. Pergilah beristirahat.”

“Aku tak pa-pa.”

Pingting terkekeh dan berbicara lebih pelan, “Baiklah, Jendral, Aku takkan memaksamu, tapi kau telah terkena perangkap Chu Beijie. Kau tahu, taktik kesukaannya adalah menakuti lawannya sehingga mereka tidak berani untuk terlelap, kemudian menyerang mereka ketika semua orang sudah terlalu letih. Biasanya, pasukan pertahanan sudah jatuh karena kehabisan tenaga ketika akhirnya Chu Beijie memutuskan untuk menyerang.”

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang