Volume 1 chapter 7

2.1K 232 16
                                    

Hong, namanya adalah Hong. Nama ini tidak semenarik orangnya. Chu Beijie baru saja menambah seorang pelayan baru tapi ia lebih bersemangat daripada biasanya untuk beberapa alasan. Seperti ia sedang berada di saat ‘sekali seumur hidup’ yang begitu berharga, atau seperti suatu masakan yang luar biasa lezat dan tak bsia menunggu untuk mencobanya, tapi pada saat yang bersamaan, tak berani mengacaukannya juga.

Pelayan baru, Hong, telah berbohong pada Tuan Besar Zhen Beiwang, telah ditangkap olehnya dan sekarang di kurung di sebuah ruangan kecil di Kediaman Resmi Zhen Beiwang, jauh dari yang lainnya.

Chu Beijie ingin melihatnya, tapi untuk beberapa alasan ia menahan dirinya.

Ia bukan seorang dewa, tentu saja ia marah. Beberapa kali ia terbangun di tengah malam mengatupkan giginya dan mengepalkan tinjunya, memikirkan kalau ia seorang Panglima menjadi kacau karena seorang pelayan bahkan sampai berdiri di depan pintu wanita lain. Harga dirinya sebagai seorang pria seperti di cabik-cabik. Ia ingin menyiksa wanita berengsek itu, mengurungnya di penjara, meninggalkannya di hutan sebagai mangsa srigala lalu melemparkannya ke jurang.

“Pelayan!”

“Disini! Apa yang Tuan butuhkan?”

Chu Morang muncul di pintu tapi Chu Beijie sudah tenang kembali.

Tidak, ia tak bisa membiarkannya mati begitu mudah. Gadis itu harus tinggal di tempatnya seumur hidupnya, untuk menebus kesalahannya. Kadang ia begitu ingin mengganggunya dan membuatnya menangis.

Hari berikutnya, Pingting begitu sakit, ketika Chu Beijie berencana untuk mencelanya.

“Sakit?” Mata Chu Beijie berkedip ke Chu Morang dan ia tertawa dingin, “Apa ini salah satu tipu muslihatnya, ‘prajurit tahu kecurangan’ ?”

“Tabib sudah memeriksanya. Ia sakit parah.” Chu Morang menjawab, suaranya pelan.

Mata Chu Beijie bersinar, “Sakit apa ?”

“Gejala penyakit berkepanjangan, batuk terus menerus dan selalu mengantuk.”

Chu Beijie memikirkan malam ketika Pingting sedang sakit dan ia telah membopongnya ke kamarnya. Ia ingat mata hitamnya perlahan menutup dibawah sinar bulan, ia sungguh berpikir kalau wanita itu sungguh cantik.

“Tuan... apa kau akan menjengguknya?”

Sebuah tatapan tajam mengarah pada Chu Morang, memaksanya mundur selangkah. Ia menundukkan kepala dan segera berkata, “Aku ku ku pikir.... mungkin....”

Chu Beijie menengok kearah lain dan duduk kembali di kursinya, mengambil dokumen kerjanya dan membacanya. Lalu dengan suara ragu, ia bertanya “Tabib mana yang kau panggil?”

“Chen Guanzhi.”

“Ia hanya seorang pelayan, tak perlu memanggil tabib terkenal.”

Chu Morang tak pernah di tegur oleh Tuannya dan ia menjadi pucat, “Baik, akan segera diganti..”

“Tak perlu,” Chu Beijie mengambil kuas, lalu menulis dua kalimat persetujuan di dokumen. Ia terlihat sudah sedikit lebih tenang, “Ia sudah di panggil, jangan mengganggu yang lain.”

“Baik.”

“Apa ia meminum obatnya?”

“Kami sudah membeli resep yang diberikan Chen Guanzhi dan sekarang sedang di rebus.”

Chu Beijie mengerutkan dahinya, “Ia sudah melawanku tapi masih mendapat tabib terkenal bahkan di rebuskan obat. Waktu yang bagus untuk sakit. Ia sungguh tidak beruntung karena aku seorang pejuan yang berlumuran darah dari gurun, bukan seorang bocah dari padang bunga. Kalau ia sudah lebih baik, katakan padanya untuk berhenti melakukan permainannya di Kediamanku.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang