Volume 2 chapter 48 --
Selain Gui Li, masih ada pasukan lain yang menyaksikan pertikaian Yun Chang dan Dong Lin.
Setelah Ze Yin mengundurkan diri dan tinggal di tempat terpencil, Ruohan menggantikan posisinya sebagai Panglima Bei Mo. Ruohan telah menemani Ze Yin selama bertahun-tahun terjun di medan perang, prestasinya di militer luar biasa, dan sebagai sosok yang berkharisma, kenaikan pangkatnya sudah bisa ditebak oleh semua orang.
Ruohan memimpin pasukan Bei Mo, menunggu tak jauh dari perbatasan Yun Chang. Bei Mo hampir dihancurkan oleh Chu Beijie dalam pertempuran terakhir mereka, karena itu semua para Jendral Bei Mo memandang Chu Beijie sebagai utusan pencabut nyawa. Kalau mereka bisa masuk ketika ada jeda antara Yun Chang dan Dong Lin, menambahkan sedikit tenaga mereka dalam usaha membunuh Chu Beijie, tentunya akan memberikan keuntungan bagi Bei Mo.
Bagaimanapun….
“Pertempuran sudah berakhir.”
“Bukan berakhir, lebih tepatnya mereka tidak memulainya sama sekali.”
“Apa yang terjadi?”
Di dalam tenda penasihat, Ruohan meletakan laporan militer di atas meja. Ia menggenggam tangannya di belakang, dan ia menegadahkan kepalanya melihat keseliling langit-langit tenda.
“Panglima?”
“Bai Pingting…” Ruohan seperti mencoba mengingat sesuatu, ketika dulu berada di kota Kanbu. “Nona Bai, apa yang kau tulis di surat itu untuk mengagalkan peperangan? Ruohan benar-benar tidak tahu apakah harus kecewa atau malah kagum padamu.” Ruohan tersenyum masam.
Bahkan saat ini, ia masih bisa mendengar dengan jelas suara kecapi itu. Tembok kota Kanbu yang sudah hancur, keadaan yang sanggat menyedihkan, Chu Beijie datang dengan beberapa ribu prajurit khusus, bersiaga di depan tembok. Lalu, saat itu ketika suasana menjadi genting, ia mendengar suara kecapi yang paling merdu.
Bai Pingting meletakan dirinya di tempat tertinggi. Lengan bajunya yang lebar diterbangkan angin, berkibar kencang.
Wanita itu telah menyelamatkan Kanbu, menyelamatkan Bei Mo. Atau bisa dibilang kenaikan pangkat Ruohan adalah berkat rencana yang ia buat untuk hari itu.
Tapi, kemana wanita yang membuat seluruh para Jendral Bei Mo bersedia menundukan kepala padanya hari ini?
“Panglima, pasukan Dong Lin sudah mundur. Apa yang harus kita lakukan?”
“Perang ini bahkan tidak dimulai, pasukan inti Dong Lin sama sekali tidak terluka. Kita tdak boleh ceroboh mengambil resiko menyerang. Karena kesempatan ini sudah hilang, seluruh pasukan kita akan mundur juga.” Ruohan memerintahkan dengan tegas, “Sampaikan perintah, istirahat malam ini, besok pagi-pagi sekali kita pulang.”
Beberapa Jendral mulai pergi dan kembali ke tenda masing-masing. Sen Ron, Komandan pasukan sayap kanan yang terakhir pergi, tapi ia berhenti di pintu tenda. Ia berpikir sebentar sebelum berbalik dan bertanya, “Panglima, apakah ada kabar dari Nona Bai?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...