Volume 2 chapter 28

1.7K 168 1
                                    

Untuk mendeskripsikan seperti apa seorang wanita yang bernama Bai Pingting, adalah suatu hal yang bahkan oleh seorang Chu Beijie sulit untuk dilakukan.

Chu Beijie terduduk di tempat tidurnya, matanya memperlihatkan tanda-tanda kurang istirahat ketika ia berbalik dan memandang sesosok tubuh yang sedang berbaring di sisinya.

Matahari pagi membuat jejak cahaya di sela-sela awan gelap dan hinggap dengan lembut di rambut hitamnya yang berantakan. Chu Beijie melihat seulas senyum yang tidak terduga, di wajah tidurnya.

Mimpi indah?

Chu Beijie mendekatinya.

Ia tahu, ia telah bersikap tidak menyenangkan padanya.

Selama delapan bulan, Chu Beijie telah mengurung Pingting di bangunan sebelah barat. Setiap malam ia bersikap kasar padanya untuk mendapatkan kepuasan, sekalipun ia tidak pernah bersikap baik.

Bagaimana mungkin ia masih bias bermimpi indah ? Chu Beijie sama sekali tidak mengerti.

Chu Beijie menunduk, memperhatikan wajahnya berusaha melihat senyumnya dengan lebih seksama. Sebuah hembusan napas panjang keluar dari hidung Pingting meniup sehelai rambutnya yang lembut.

Bulumatanya yang tertutup rapat mulai bergerak. Chu Beijie menarik dirinya dan turun dari tempat tidur.

Pingting membuka matanya, melihat Chu Beijie yang sedang berbalik. Ia duduk dan berbisik, “Yang Mulia, sudah mau pergi?”

Punggungnya. Selalu … hanya punggungnya yang terlihat.

Kegairahan penuh hasrat tadi malam seperti awan yang berlalu. Ketika pagi tiba, sama sekali tidak terlihat jejaknya.

Dan Chu Beijie yang terlihat hari ini, sama seperti hari-hari biasanya ketika ia pergi tanpa sepatah katapun, tubuh yang tegap dan hati sekeras batu yang tak tergoyahkan.

Delapan bulan berlalu. Sekarang sudah masuk musim salju. Musim semi masih sangat lama.

“Nona, anda sudah bangun?” Pelayan pribadinya, Hongqian, masuk ruangan dengan sebaskom air panas di tangannya. Ia meletakannya di meja dan menggosok-gosok tangannya sambil berkata, “Hari ini sangat dingin, dan salju bahkan sudah mulai turun sebelum fajar. Saljunya tidak lebat tapi dinginnya sungguh mematikan. Sebaiknya anda segera membasuh wajah selagi airnya masih panas.”

Ia berjalan ke arah Pingting dan membantunya turun dari tempat tidur. Ia melihat kerutan di wajah Pingting, dan segera bertanya, “Kenapa? Anda merasa tidak sehat?”

Pingting duduk kembali di tempat tidur. Ia menutup matanya, menenangkan diri dan membukanya kembali. Menggelengkan kepalanya ia berkata, “Tidak pa-pa. Aku berdiri terlalu cepat.”

Airnya terasa hangat. Kabut berputar, terlihat seperti sedang berdansa pelan, menyelimuti sebuah tong kolam yang berkilat. Pingting perlahan mencelupkan jari-jarinya ke dalam air, menikmati airnya yang hangat.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang