Volume 3 chapter 69
Bermandikan cahaya pagi, Fei Zhaoxing memimpin pasukannya berjalan di dataran rata. Di kejauhan mereka sudah bisa melihat gerbang ibukota Gui Li.
Sisa-sisa pasukan Gui Li sudah dibereskan sepenuhnya. Di dalam dua kota yang tertutup, masing-masing berisi kepala Le Di dan Le Zhen.
Ayah dan anak yang dulunya adalah majikannya. Ia mengikuti mereka, mempertaruhkan nyawanya, menguras keringat, sampai akhirnya mereka berusaha merebusnya pelan-pelan, seperti membuang busur begitu seluruh burung mati terpanah.
Tidak puas! Ia benar-benar tidak puas!
Perasaan ini membuatnya berhianat tanpa ragu, dan akhirnya memberikan hasil.
Wuuuu……wuuuu…… suara terompet tanduk kuno terdengar panjang dan dalam, menandakan kedatangan mereka.
Gerbang di buka, Fei Zhaoxing memasuki Gui Li bersama pasukannya diantara suara panjang terompet tanduk.
Gui Li sudah tidak ada lagi. He Su sudah meninggal, kerajaan sudah hancur.
Dikedua sisi jalan, para penduduk berlutut memberi salam. Para penduduk dari negara yang dikalahkan dipaksa menyerahkan rumah untuk para prajurit. Mereka berlutut sambil gemetar, tatapan mereka antara marah dan takut. Mereka berusaha menyembunyikannya, agar tatapan tajam mereka tidak terlihat oleh para prajurit.
Tatapan mereka mungkin tidak baik, tapi hal itu tidak menurunkan semangat Fei Zhaoxing dan harga dirinya.
Ia tidak perlu merasa peduli. Para penduduk ini dengan rendah hati berlutut. Mereka tahu He Su hanya seorang pengecut. Mereka tidak tahu sebagai seorang penguasa, seseorang harus tegas, tanpa perasaan dan kejam.
Dan siapa lagi yang lebih baik dari He Xia, si romantis Tuan Muda Jin Anwang dengan bela dirinya yang mengagumkan dan juga ketampanannya.
Para penonton juga mengerti.
Fei Zhaoxing lebih tahu daripada He Xia. Yaotian, hal yang akan menyulitkan He Xia.
Begitu Yaotian menghembuskan napas terakhirnya di dalam istana Yun Chang, tidak ada lagi yang mengikat He Xia, ia tidak terhentikan.
Hal ini membuat Fei Zhaxing sangat gembira. Kehidupan berjudi dengannya. Sangat penting untuk melihat kemenangan. Fei Zhaxing telah salah mengikuti Le Zhen, tapi kali ini ia berhasil bertaruh pada sisi yang menang.
Ia memilih He Xia dan mendapatkan kesempatan emas.
Setelah melewati para penduduk yang berlutut, semakin ia kedalam, ia semakin menyadari jalanan semakin sepi. Biasanya ia akan melihat tatapan ketidakpastian di mata penduduk, tapi di bawah tatapan dingin pasukan Yun Chang di siang hari seperti ini, ekspresi mereka sama semua seperti patung.
Salah satu pengawal He Xia yang dipercaya menyambut mereka di jalan. Ia sangat bersemangat ketika berkata pada Fei Zhaoxing yang hendak menuju istana, “Tuan Muda Jin Anwang tidak berada di istana, Jendral Fei silakan menuju Kediaman Jin Anwang.”
Fei Zhaoxing mengangguk, menarik tali kekangnya dan berbelok. Kediaman Jin Anwang tempat tinggal He Xia sebelumnya jadi menunggu disana termasuk wajar.
Akhirnya ia tiba di Kediaman Jin Awang. Pemandangan yang ia lihat adalah kehancuran. Ia terkejut untuk beberapa saat sebelum mengikuti para penjaga melewati pintu masuk yang tinggi.
Tempat itu terlihat hijau karena banyaknya rerumputan yang sangat tinggi.
Di tengah kolam yang kering, terlihat api unggun, He Xia berdiri sendirian di tengah kesunyian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...