Volume 2 chapter 32

1.4K 141 0
                                    

Di kediaman pengasingan jauh di dalam gunung suasana terasa sangat damai.

Para penjaga berdiri di luar dan para pelayan wanita bekerja di dalam, mereka saling bertukar salam bila bertemu wajah-wajah yang dikenalnya. Udara begitu penuh cinta.

Hongqian tidak banyak bekerja lagi sejak Zuiju bertanggung jawab atas kepulihan Pingting, ia tersenyum dan menyelinap keluar untuk bermain. Pingting dan Zuiju tidak keberatan.

Akhir-akhir ini salju hanya turun ringan dan matahari bersinar terang. Sinar yang hangat yang mencairkan selapis tipis salju dan es di tanah. Zuiju selalu khawatir kalau Pingting akan terpeleset karena itu ia memaksa untuk selalu menemaninya setiap kali Pingting keluar untuk berjalan-jalan.

“Hati-hati, tanahnya licin.”

Pingting berdiri di bawah pohon plum yang sedang bermekaran, meraih tangkainya untuk memetik kuncup bunga. Ia tertawa, “Setiap kali aku bergerak kau pasti mengingatkanku. Kalau kau begitu khawatir, bagaimana kalau kau membantuku.”

Tak berdaya, Zuiju hanya bisa membantu Pingting menarik batang pohon plum ke bawah, membiarkan Pingting memetik pucuk-pucuk bunga plumnya.

“Apakah kau ingin meletakan mereka di ruanganmu ?”

“Tidak,” Pingting menjawab sambil tersenyum iseng, “Ini untuk di masak.”

“Masak ?”

Ia membayangkan harum masakan dari panci rebusan ayam yang dicampur tumbuh-tumbuhan obat dan pucuk-pucuk bunga plum.

Pingting dengan riang meletakan pucuk-pucuk bunga plum dan bunga-bunga yang mekar ke dalam sebuah wadah kecil, dan ia berkata, “Aku ingat pernah membaca sebuah buku tua tentang khasiat dari bunga plum. Aku berencana mencampurkan pucuk-pucuk ini bersama sedikit gula, garam dan anggur juga beberapa sayuran musim dingin dan menjadikannya acar seperti yang kami lakukan di Gui Li. Dan ketika Tuan Besar kembali nanti, kita bisa menikmatinya bersama.”

Zuiju segera teringat, “Aku belum pernah mendengar kalau bunga plum bisa digunakan sebagai obat, jadi aku sama sekali tidak bisa menebak apa pengaruhnya. Tak masalah kalau Tuan Besar yang mencobanya tapi Nona kau harus hati-hati.”

“Aku tahu,” Pingting menjawab, “Bukankah aku selalu mengikuti petunjukmu untuk masalah gizi?”

Menyadari kalau ia agak keterlaluan dan kata-kata Zuiju memang benar, Pingting jadi sedikit malu.

“Sayang sekali saat ini sedang musim dingin jadi hanya sedikit bunga plum yang bermekaran. Begitu musim semi dan musim panas tiba akan lebih banyak bunga untuk di petik dan kita bisa membuat banyak hidangan. Misalnya, hanya untuk memasak peony saja bisa menggunakan beberapa cara.” Pingting berbicara sambil memetik pucuk-pucuk bunga plum lebih banyak lagi. Setelah beberapa saat ia merasa sedikit lelah. Karena ia sedang mengandung anak Chu Beijie, ia tidak boleh mengambil resiko dengan melakukan kegiatan yang terlalu melelahkan. Pingting menyerahkan wadah bunga ke Zuiju  dan mereka berdua kembali ke kamar.

“Sekarang sudah senja.” Pingting berucap, “Seharusnya Tuan Besar sudah menerima bendera komando.”

Tebakannya hanya benar sebagian.

Chu Beijie sudah menerima bendera komando agak lama tapi ia masih belum bisa berangkat.

Chu Beijie menjaga kediaman Selir Li. Penampilan luarnya sangat tenang seperti biasanya tapi di dalam, ia sangat gelisah.

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang