Volume 3 chapter 63
Di dalam tenda penerangan hanya dari cahaya lilin.
Chu Beijie membantu Pingting melewati tirai memasuki tenda dan segera melihat Ratu yang sedang berbaring di tempat tidur. Rambutnya yang dulu sehitam mutiara sudah hampir memutih semua.
Wajah Ratu dari penguasa negara itu sangat lesu dan lemah. Keriput muncul akibat kekhawatirannya, menutupi wajah yang dulu cantik dan sangat mempesona.
Ia telah menemani Raja sampai ajalnya, dan menderita melebihi siksaan kejam apapun ketika Dong Lin jatuh.
“Kakak ipar.” Chu Beijie melangkah pelan ke sisi tempat tidur, berkata dengan berbisik.
Bulu mata Ratu yang panjang mulai bergerak ketika ia membuka matanya yang dulu penuh kemuliaan. Ia menatap sejenak sebelum akhirnya mulai menyadari sepenuhnya.
“Kau kembali.” Ratu bernapas dengan lemah, dan berkata tanpa kekuatan. “Kudengar kau mengusir pasukan Yun Chang yang mengepung kami.”
“Kakak ipar, kau sudah sangat menderita.”
Ratu menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Tatapannya jatuh ke belakang Chu Beijie dan ia terkejut.
Chu Beijie menyadarinya. Ia mundur dan menggenggam tangan Pingting untuk menenangkannya.
Suasana di dalam kemah menjadi kaku.
Ratu menatap Pinting lama sekali.
“Bai Pingting?” suaranya sangat pelan dan lambat, masa lalu yang telah menghancurkan dirinya.
Pingting berlutu dan membungkuk rendah, “Ratu.”
“Bai Pingting, Nona Bai…” Ratu berkata, “Kemarilah, biar aku melihatmu.”
Pingting menjawab dengan berjalan mendekat hingga tiba di samping tempat tidur.
Dalam cahaya lilin, dua ekspresi wajah yang rumit bertemu.
Inilah pertama kalinya mereka bertemu muka.
Masa lalu menghilang dibawa angin, tapi kenangan tidak mudah pudar.
Masih tersisa rasa kepedihan, cinta dan benci. Pingting yang dibawa secara paksa dari kediaman terpencil di gunung, Ratu yang kehilangan anak-anaknya, Chu Beijie yang kehilangan Pingting, dan Dong Lin yang kehilangan Chu Beijie.
Dan di bawah cakar tajam pergerakan pasukan Yun Chang, Dong Lin juga harus kalah.
Mereka telah terikat oleh nasib, saling menyakiti satu sama lain yang juga menyakiti diri mereka sendiri, tapi hari ini mereka akhirnya saling bertatapan satu sama lain.
Ratu menatap Pingting sambil berkata, “Apa kau membenciku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...