Volume 2 chapter 36

1.5K 144 2
                                    

He Xia berdiri diatas pijakan yang tinggi di gunung, menatap ke arah timur dengan lengan di belakang punggungnya.

Di hari bersalju lebat, dengan kediaman yang begitu tenang di bawah matanya, menyembunyikan seseorang yang biasa ia panggil Pingting.

Pingting, pelayannya selama lima belas tahun, teman bermainnya, seorang penilai music. Ia selalu menemaninya ketika ia membaca, menemaninya berlatih pedang bertepuk tangan sambil memberi semangat.

Siapa yang begitu mudah menyerahkan lima belas tahun? Dari seorang anak kecil menjadi Nona yang berpendidikan, Bai Pingting dari Kediaman Jin Anwang, juga salah satu pemain kecapi terbaik Gui Li. Ia benar-benar seperti bunga yang mekar di lembah.

Banyak orang yang menginginkannya dan banyak orang yang memujinya.

Ia dengan diam-diam menjaganya, menghargainya dan membawanya kesemua tempat bahan sampai ke medan perang. Ia membawanya untuk melihat pasukan prajurit bersenjata dan badai pasir yang menari.

Ia seharusnya miliknya, dalam keadaan seperti ini, ia seharusnya berada disisinya.

Ia tak pernah berpikir akan pernah memerangkapnya seperti ini.

Pingtingnya adalah seekor burung phoenik dengan sayap berwarna cerah, yang menunggu seorang pria yang memiliki kekuatan yang hebat, yang akan membawanya dari tempat itu. Untuk bersatu kembali dengannya.

Itulah harapan Pingting, kebahagiaannya sampai akhir dunia.

Bukan Chu Beijie, seharusnya hanya dirinya, He Xia, yang memiliki bagian terbesar di hati Pingting.

Tapi bagaimanapun yang telah mencuri hatinya adalah Chu Beijie.

Boleh siapa saja, siapa saja, kecuali Chu Beijie.

Bagaimanan mungkin ia membiarkan Bai Pingtingnya bersama Chu Beijie, musuh utamanya? Bisanya Pingting bertukar pandang dengan Chu Beijie, berbicara tentang kehidupan dengan Chu Beijie, menyanyi untuknya dan bermain kecapi untuknya.

He Xia tidak bisa menerimanya. Kesabaran dan penderitaannya menahan perpisahan dengan Pingting harus ditukar dengan pria murahan seperti Chu Beijie.

Ia bisa merasakan salju diterbangkan angina.

Langit hampir gelap. Sekarang sudah tanggal enam.

“Tuan?” Dongzhuo berlajan ke tempat tinggi dan berhenti di belakang He Xia.

“Dongzuo suaramu berat dan sedih.” He Xia kemudian berkata dengan serius, “Menurutmu Chu Beijie akan kembali tepat waktu?”

“Tidak.”

“Apa kau kecewa karena Chu Beijie tidak bisa kembali ?”

Dongzhuo menggelengkan kepalanya. Ia diam sejenak sebelum mendongak dan berkata, “Tuan, tolong perintahkan untuk menyerang. Kediaman itu tidak punya kemampuan untuk bertahan dan keahlian Tuan tidak sulit untuk menangkap Pingting hidup-hidup. Ketika ia sudah bersama kita, kita bisa membujuknya kembali untuk berubah pikiran.”

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang