Volume 2 chapter 30

1.9K 169 2
                                    

Tuan Besar Zhen Bei Wang yang tidak terkalahkan telah ditaklukkan oleh Bai Pingting yang tidak takut pada kematian.

Ia tidak percaya dan tidak rela untuk mengakuinya.

Hanya saja ketika ia melihat ke dalam dua bola matanya, segala perasaan benci dan ketidakpuasan menghilang.

Siapa yang memintanya untuk mengeraskan hati atau menggunakan cara yang kejam ?

Siapa sangka, Pingting akan mengalahkannya dengan senyum berseri-seri tak berdosa ketika melihat wajahnya atau dengan menaikan kedua alisnya, dengan menunjukkan sedikit saja perasaan akan mendapatkan banyak sebagai gantinya, membuatnya sebagai tindakan yang paling berguna ?

Bai Pingting sangat tenang seperti dahan pohon willow yang bergoyang di terpa angin musim semi. Ia merasa gembira. Ia sangat mengerti kalau cara berkompromi tidaklah berguna, dan ia sangat berniat untuk membebaskan dirinya setelah delapan bulan sengsara.

Sampai ia mampu untuk turun dari tempat tidur dan bisa menggagumi salju.

Hongqian membersihkan pavilium dan meminta Moran untuk membawakan kecapi, sebelum menuangkan arak.

Chu Beijie belum memasuki ruangan ketika ia mendengar suara kecapi melewati dinding.

Ia berhenti, memicingkan matanya dan mendengarkan.

Jauh, tenang dan gembira.

Bebas seperti awan di langit, seperti bulan dan bintang yang berada di orbitnya dengan tepat dan segala kemalasan yang mungkin dilakukan sepanjang waktu.

Hanya gunung-gunung yang mampu berdiri dengan tenang, tegak dan tidak bergerak. Banyak binatang kecil di dalam gunung tidak takut dengan salju dan angin. Pada saat salju berhenti, mereka berkumpul di halaman dan bermain perang bola salju. Mereka membuat gua salju dan mengumpulkan pucuk pohon cemara, sebuah pertunjukan kompetisi. Riang gembira.

Chu Beijie tak bisa menahan dirinya untuk mendekati suara kecapi yang terdengar. Dengan bangganya ia menuju ke halaman, dimana terdapat sebuah paviliyun kecil, sebuah kecapi, arak terbaik, beberapa pelayan dan seorang wanita yang luar biasa ceria meskipun sedikit pemalas yang telah memegang hatinya.

Ping!  Suara kecapi terhenti dengan suara yang tidak wajar.

Chu Bejie menjadi pucat. Ia segera berlari menghampiri paviliyun. “Apa yang terjadi?”

Pingting menundukan kepalanya sambil memegang tangan kanannya. Jari telunjuknya telah teriris karena senar yang tiba-tiba putus, meninggalkan sebuah luka kecil.

“Mengapa kau begitu ceroboh?” Kedua alis Chu Beijie mengerut. Ia menarik tangan Pingting yang lembut dan berkata. “Apakah sakit?”

Hongqian yang mengintip di balik Chu Beijie segera berkata, “Aku akan segera mengambilkan obat.”

Gu Fang Bu Zi Shang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang