Volume 3 chapter 61
Di kedalam hutan lebat, sebuah pondok kecil dipenuhi kebahagiaan.
Meskipun sangat sunyi, suasana gembira yang terasa diseluruh ruangan tak dapat disangkal.
Diatas tempat tidur yang terbuat dari kayu, berbaring dua orang yang terperangkap rasa bahagia. Mungkin mereka tidak sanggup untuk tidur sepanjang malam.
“Bintang malam ini bersinar sangat terang,” Chu Beijie berkata dan menunggu jawaban Pingting.
Pingting tertawa kecil dengan pelan.
“Apa yang lucu?”
“Tuan, akhirnya tahu bagaimana harus bicara.” Ia tersenyum lembut dan menatap mata Chu Beijie, matanya sangat hitam dan kedalamannya tak dapat diukur. Ia tersenyum malu sambil berguman, “Apa yang Tuan lihat?”
Chu Beijie menatapnya lama sampai akhirnya ia menghela napas dan berkata, “Pingting, kau cantik sekali.”
Pingting tersentuh dengan kata-katanya. Ia berkata pelan, “Tuan kurus sekali, ini salah Pingting.”
“Tidak ada hubungannya dengan Pingting. Memang ini yang ingin kulakukan. Aku mencintai Pingting karena itu, aku bersedia melakukan apapun untuk Pingting, aku akan memberikan setiap menit dan detik hanya untuk Pingting.”
Pingting terdiam sebelum berkata perlahan, “Para pria selalu berambisi, bukankah seharusnya kau memberikan perhatianmu pada dunia.”
“Dengan sepenuh hati melakukan sesuatu, tanpa takut dengan kegagalan, itu juga ambisi yang besar.” Chu Beijie dengan lembut membelai rambutnya, “Ambisiku hanya satu, menjadikanmu wanita yang paling bahagia di dunia.”
Airmata Pingting berkumpul di permukaan kedua bola matanya. ia berbisik, “Benarkah Tuan berpikir seperti itu?”
Chu Beijie mengangkat dua jarinya mengarah ke atas. Wajahnya serius sambil berkata, “Aku, Chu Beijie bersumpah pada langit bahwa kata-kata yang barusan kuucapkan, tidak akan berubah sampai kapanpun.”
Pingting sangat tersentuh ketika menyaksikannya. Airmatanya mengalir jatuh ke bawah. “Kalau begitu, apa Tuan bersedia melakukan satu hal untuk Pingting?”
Chu Beijie menjawab lembut, “Tidak hanya satu, bahkan ribuanpun tidak masalah. Selama Pingting mengharapkannya, tidak ada yang bisa menghentikan Chu Beijie untuk memenuhinya.”
Pingting menatapnya dan memandang pria yang sangat ia cintai itu. Alis mata di wajahnya yang tampan masih sangat hitam. Hidungnya yang lurus dan bibir tipisnya, semuanya persis seperti mimpinya.
Setiap gerakan kecil dari tangannya tidak pernah hilang dari hatinya.
Pria inilah orang yang sangat dicintainya.
Mungkin cintanya yang ia miliki dalam hidupnya yang singkat ini jauh lebih dalam daripada yang bisa dimiliki seseorang dalam tiga kehidupan.
Cintanya sangat dalam tapi begitu juga penderitaannya. Mereka pikir mereka sudah cukup sengsara, tapi seperti bulan yang menjadi nyala api, mereka harus merasakannya lagi.
Ia bergerak, mengeluarkan sebuah benda dari tas yang berada disampingnya.
“Tuan pernah meninggalkan pedang ini di kediaman terpencil untuk keselamatan Pingting.” Pingting memegang pedang itu dengan kedua tangannya dan bertanya dengan perlahan, “Bersediakan Tuan menggunakan pedang yang sama untuk membereskan kekacauan dan menyatukan empat negara, agar Pingting bisa mendapatkan tempat yang tenang untuk hidup?”
Chu Beijie mengasingkan diri begitu lama, ia tidak tahu sama sekali tetang peperangan yang telah berlangsung. Ia sangat terkejut. Mengetahui sifat dan jalan pikiran Pingting, ia tahu Pingting tidak akan melakukannya kecuali itu pilihan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gu Fang Bu Zi Shang (End)
Historical FictionGu Fang Bu Zi Shang (A Lonesome Fragrance Waiting to be Appreciated) Drama : General and I Author : Feng Nong Bai Pingting tidak pernah percaya perkataan "Kebaikan seorang wanita adalah kebodohannya". Walaupun ia hanya seorang pelayan dari Jin Anwan...