33. Kemarin Belum Tuntas

15.9K 561 20
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

Malam ini terasa sunyi dan sepi. Gadis berambut sebahu itu memasang tatapan kosongnya, ia duduk disofa kamarnya bersender dipunggung sofa. Kini ia sudah mengetahui segala kebenaran yang selama ini justru dijadikan permainan.

Memang seharusnya ia senang semuanya sudah terungkap, namun ada yang masih mengganjal dihatinya. Ia mengingat teman kecilnya yang kini sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya bahkan sedari 8 tahun yang lalu, tanpa ia sadari.

Sebulir air mata berhasil lolos dari kelopak matanya, ia tak tahan, hatinya terasa tersanyat. Ia ingin menjerit tapi tak mampu, ingin bersuara pun tak sanggup.

Pintu kamar terbuka pelan, Alga memasuki kamar Adiknya itu saat ia dapati Iluvia yang terduduk disofa.

Alga menghampiri, duduk disebelah Iluvia lalu mengelus pundak sang Adik, seolah tau jika Adik kesayangannya sedang rapuh saat itu.

"Yang kuat, ya?" ujar Alga. Kedua tangannya meraih pundak Iluvia, untuk kemudian ia guncangkan pelan pundak itu. "Adik Abang kuat, Adik Abang gak lemah!" ujarnya lalu tersenyum dan beralih menghapus air mata Iluvia.

Iluvia menatap Alga dengan lirih, bibirnya bergetar. Dengan segera Alga menarik tubuh Iluvia kedalam pelukan hangatnya, "Dika udah tenang disana, Iluvia harus ikhlas."

Iluvia hanya bisa terus menangis, bahkan mengeluarkan sepatah katapun ia tak sanggup.

"Nanti Iluvia bakalan dipertemukan kembali sama Dika, percaya kan?" ujar Alga lalu mengelus rambut Iluvia. "Abang sayang sama Iluvia, Iluvia gak boleh nangis terus."

"Apa takdir sekejam ini, Bang? Sampe sampe gak ngizinin Iluvia ketemu sama temen kecil Iluvia sendiri," ujar Iluvia sesegukan.

"Ini udah jalannya, Iluvia gak boleh berkecil hati."

"Apa Iluvia gak diizinin bahagia semenit aja, Bang? Urusan cinta pun Iluvia semenyakitkan itu, dan sekarang Iluvia harus nerima kenyataan yang seribu persen jauh lebih pahit. Selanjutnya apa lagi, Bang?"

Alga terus mengelus rambut Iluvia untuk menciptakan ketenangan tersendiri. "Gak boleh berpikiran kaya gitu. Semuanya itu udah digarisin sama yang diatas, kita gak bisa memilih."

"Tapi Tuhan gak adil. Kebahagian Iluvia gak sebanding sama keadaan yang selalu nyiksa Iluvia."

Tangis semakin pecah, Alga pun semakin prihatin menyaksikan kondisi keterpurukan Adiknya. Sebisa mungkin ia harus menenangkan Iluvia, apapun itu caranya.

"Iluvia, semua manusia udah punya porsinya masing-masing. Iluvia gak boleh terus-terusan berpikiran kalo Tuhan gak adil. Iluvia harus bersyukur, ini memang porsi Iluvia, ini memang siklus hidup Iluvia, dari Tuhan untuk Iluvia. Nikmatin aja dan ambil hikmahnya. Tuhan juga gak mungkin kok ngasih cobaan yang diluar batas kemampuan seseorang, Tuhan ngasih cobaan kaya gini ke Iluvia karena Tuhan percaya, Iluvia anak yang kuat, Iluvia bisa ngelewatin semuanya. Semua ujian pasti ada hikmahnya, Iluvia gak boleh nyerah."

"Tapi Iluvia capek, Bang."

"Hey," Alga melepaskan pelukan lalu memegang kokoh kedua pundak Adiknya. "Masih ada Abang disini, Abang gak akan pernah ninggalin Iluvia. Masih ada Ibun, Ayah, Lia, Arkan, Dirga, dan semuanya. Mereka sayang sama Iluvia, Iluvia gak sendiri dibumi."

Iluvia menatap Alga masih dengan tatapan lirih.

"Dan satu lagi, jangan pernah Iluvia benci sama seseorang karena orang itu udah bikin Iluvia sakit hati atau semacamnya. Karena kalo Iluvia benci sama dia, terus apa bedanya Iluvia sama dia?"

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang