59. Dekati Dulu Penciptanya

12.1K 494 51
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

Malam ini, lagi-lagi Iluvia harus menelan rasa pahit yang menikam hidupnya. Perihnya sebuah kehidupan makin membuatnya ingin leyap dari muka bumi. Tuhan, jangan biarkan air bening dari pelupuk matanya itu jatuh. Ia harus kuat menghadapi semua cobaan dari yang maha kuasa, karena ia yakin bahwa seluruh ujian yang diberikan padanya adalah salah satu tanda jika ia disayang oleh Tuhan.

Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang sebenarnya teramat dia benci. Ia mendekat pada seseorang yang terbaring lemah dibrankar biru muda yang selalu membuat ia muak. Gadis itu mengecup kening Alga, memejamkan matanya sejanak untuk ia temukan ketenangan disana.

Ia melepaskan kecupan hangat itu kemudian menatap lekat wajah Alga yang benar-benar membuatnya pilu. "Abang, semangat ya. Banyak yang kangen Abang disini." ujarnya lirih sambil tersenyum palsu.

Walaupun Alga tidak sadarkan diri, namun ia yakin, sangat yakin, bahwa Alga dapat mendengarkan semua ucapannya. Karena Allah bersamanya.

Gadis itu berjalan menuju sofa yang berada didekat jendela yang sengaja terbuka, ia duduk disamping Ami sambil sebelumnya melempar senyum tipis pada Ami.

"Tante Irla sama Om Alzee mana Luv?" tanya Ami.

"Lagi beli roti didepan, aku masuk duluan tadi." jawab Iluvia lesu.

Ami mengangguk paham. Kemudian Iluvia menatap Ami, "Kak, Abang kok bisa koma sampe dua kali kaya gini ya? Apa ini pertanda kalo Abang bakalan ninggalin kita semua?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Ami menggeleng sambil mengelus kepala Iluvia, "Nggak boleh ngomong gitu, jangan pesimis, Abang pasti sembuh. Kamu tau sendiri kan Abang kaya gimana? Dia itu orang yang super duper optimis yang pernah aku kenal, dia gak pernah pesimis. Makanya kita harus tanamkan sifatnya Abang didiri kita, biar kita gak gampang pesimis kaya kamu sekarag gini." ujar Ami tersenyum.

Iluvia menatap Alga yang ada dibrankar, kemudian ia menghela napasnya.

Lagi-lagi ia harus memaksakan dirinya untuk percaya bahwa Alga masih bisa bertahan. Sulit memang, tapi harus ia lakukan.

Pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan kedua pasangan paruh baya masuk bersama dengan satu anak muda yang tak lain adalah Arkan.

Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan Arkan membuat lekukan senyum dibibir Iluvia bergerak dengan sendirinya. Inilah kebahagiaan barunya; 'Arkan dengan perasaan yang sama dengannya.'

"Hallo Luv, hallo Kak Ami." ujar Arkan memamerkan senyumannya yang menawan.

"Hai anak kecil," ujar Ami terkekeh.

"Enak aja anak kecil, udah gede tau!" ujar Arkan seolah-olah sedang protes.

"Ami capek nggak nungguin Alga dari pagi? Kamu istirahat gih dirumah sama Nek Yarni." ujar Irla seraya menaruh tas jinjingnya diatas nakas.

Ami tersenyum, "Nggak apa Tante, Ami masih mau disini."

"Oh iya Ami, cutimu bagaimana? Nggak apa loh kalau kamu mau pulang lagi ke Bandung, kamu kan mau kuliah, nggak enak kalau terus-terusan cuti karena Alga." ujar Alzee yang baru saja duduk dikursi yang ada disamping brankar Alga.

"Nggak masalah Om, Ami udah hubungin dosen Ami yang kebetulan temannya Papa." ujar Ami sopan.

"Teman Papa mu?"

"Iya Om, teman SMA-nya Papa." jawab Ami lagi.

"Jadi serius kamu nggak apa-apa memperpanjang cuti kuliah?"

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang