31. Terungkap

16.5K 632 39
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

Setelah kejadian kemarin dan kemudian Dika dilarikan kerumah sakit, akhirnya pihak rumah sakit memutuskan agar Dika dirawat diruang inap untuk beberapa hari.

Ini adalah hari kedua Dika akan menghabiskan waktunya diruangan ini. Rasa nyeri dan sakit bercampur aduk ditubuhnya, ini sungguh luka-luka yang paling parah yang pernah ia rasakan. Namun biarlah, jika dengan begini Arkan akan berada diposisi 'kalah' olehnya.

Setelah sarapan pagi Dika tidak tahu harus melakukan aktivitas apa selain menonton tv dan tidur. Ia pun tak bisa bergerak banyak, karena ya memang tubuhnya tak akan kuat jika dipaksa begitu.

Ponsel Dika berdering, ia segera ambil benda pipih itu dari atas nakas. "Mom?" katanya dengan sedikit terkejut.

Dengan ragu ia menggeser tanda hijau diponselnya, lalu menempelkan ponselnya ketelinganya. "Hello, Mom?"

"Hello, dear. How are you? I have a bad feel about you." ujar orang tua Dika, yaitu Larasati.

Dika mengerjapkan mata, "Don't worry Mom, i'm fine here."

"Are you sure? Should me and your Dad come to Indonesia?"

"No, don't come. Believe me, i fine here."

"But, my feel--"

"Mom, believe me..."

Larasati terdengar mendesah panjang. "Okay, i believe you. But you must know, i miss you so much."

"I miss you too, Mom."

"Fine. Now, i have to go with my friends. And you, be careful out there! Love you."

"Okay, don't worry. Bye, love you too."

Sambungan dimatikan. Sebetulnya ada rasa bersalah didalam diri Dika karena tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Ibunya sendiri, namun apa daya? Jika ia berkata jujur, bisa dipastikan rencananya yang sudah ia susun sejak awal akan hancur berantakan.

Pintu ruang itu terbuka bersama suara gadis yang memekik dari luar, "Assalamualaikum." Iluvia segera masuk dengan membawa keranjang yang berisi buah-buahan.

Dika tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum setiap kali ia lihat Iluvia. "Waalaikumsalam, centil." katanya setelah menaruh ponselnya kembali keatas nakas.

"Ini, gue bawain buah-buahan." Iluvia menyimpan keranjang diatas nakas lalu beranjak duduk dikursi samping brankar. "Udah sarapan?" tanyanya.

Dika melirik jam dinding yang berada disamping televisi, "Masih jam sepuluh, lo bolos?" tanya Dika menaikkan satu alisnya.

"Dispen." ujar Iluvia terkekeh.

"Ye, bandel!"

"Gue kepikiran terus sama lo, Dik. Kalo ada semalem gue dibolehin minep sama Ibun, pasti aja gue minep nemenin lo disini." cerocos Iluvia.

Dika tersenyum samar, ia sangat suka melihat pemandangan yang ada didepannya ini.

"Eh lo belum jawab pertanyaan gue tadi, udah sarapan belum?"

"Udah, bawel!"

"Seriusan? Gak bohong kan lo?"

"Apaan sih, ya kali udah sarapan apa belum aja gue bohong."

Pintu ruangan terbuka lagi dengan perlahan, Iluvia dan Dika langsung menoleh kearah pintu dan sudah terlihat jelas siapa yang berada diambang pintu. Arkan. Ya, Arkan dan-- oh, ada Dirga juga rupanya.

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang