14. Munafik (2)

19.3K 693 13
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

"Gue cuma mau bilang itu aja, jangan jadi orang munafik. Selama ini lo itu munafik, Luv." Lia berintonasi dengan nada yang tinggi, raut wajahnya terlihat serius, tak seperti biasanya.

"Lo apaan sih, gue nggak ngerti."

"Gue tau, gue udah tau semuanya dari awal. Seharusnya lo nggak perlu nyembunyiin ini, kalo lo mengganggap gue sahabat lo, seharusnya lo udah kasih tau gue jauh dari sebelum gue nalar semuanya sendiri dan akhirnya menyimpulkan dengan benar." kata Lia lalu pandangannya beralih sebentar kepada Pelayan kafe yang baru saja mengantarkan dua gelas kopi pesanan mereka.

"Lia, gue nggak--"

"Gue yakin lo nggak sebego itu. Lo pasti tau apa yang lagi gue bicarain." kata Lia menatap Iluvia dengan dalam. "Seharusnya lo nggak memendam itu sendirian, Luv. Lo ada gue sebagai tempat lo untuk cerita semua apa yang lo rasain. Apapun itu, gue siap menjadi pendengar yang bakalan nyimpen cerita lo hanya didalam memori gue." kata Lia lagi dengan raut wajah berubah menjadi lirih.

"Gue paham, lo punya privasi. Gue ngerti, nggak semua masalah lo harus diceritain ke gue, dan lo harus memilah mana yang harus lo bagi ke gue dan mana yang harus lo simpen sendiri, tanpa perlu siapapun tau." Lia menghela napasnya. "Oke, fine gue ngerti. Tapi Luv, untuk masalah kali ini gue sebagai sahabat lo, gue rasa pantes untuk tau semua itu. Kenapa lo sembunyiin? Lo nggak percaya sama gue bakalan nyimpen rahasia? Lo nggak menjamin rahasia lo aman di gue? Iya?"

Baru saja bibir Iluvia ingin berketup, namun cerocosan Lia mendahuluinya. "Kadang gue mikir Luv, gue ini sahabat lo bukan sih? Se-nggak percaya itu lo sama gue,"

Lia bersuara bahkan belum sempat Iluvia mengeluarkan satu kata pun. "Lo ngomong apa sih, Ia?" Iluvia benar-benar masih bingung dengan yang terjadi dengan Lia.

"Gue tau lo suka sama Arkan."

Pernyataan yang meluncur dari mulut Lia itu sontak langsung membuat Iluvia terkejut bukan main. Matanya melebar dan jantungnya berdegup kencang didetik itu.

Bagaimana bisa rahasia yang selama ini disimpan rapat-rapat oleh Iluvia, bisa diketahui oleh Lia? Apa jangan-jangan Iluvia yang kurang update bahwa sebenarnya Lia itu bisa membaca pikiran orang? Jika benar itu kenyataannya, maka Iluvia akan menjadi makhluk terbodoh di SMA Taruna Negara setelah Sasqia.

Iluvia hanya bisa diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus menanggapi ucapan Lia itu dengan bagaimana, sumpah demi apapun dia itu tidak bisa jika sudah diskak macam ini. Dia hanya bisa menjadi seperti ayam sayur, liat sajalah.

"Gue nggak butuh pengakuan dari lo kok, tanpa lo bilang iya pun gue udah tau kalo dari dulu lo itu punya perasaan yang lebih ke Arkan, lebih dari seorang sahabat. Dari tatapan lo ke Arkan itu beda, dan gue bisa lihat itu." kata Lia lalu tersenyum samar.

"Cuma gue nggak nyangka aja, bisa-bisanya--"

"Lo tenang aja Ia," kini berganti, Iluvia yang memotong ucapan Lia. "Gue udah janji sama diri gue sendiri untuk menjauh dari dia dan gak akan ganggu kebahagiaan kalian berdua, nggak akan." kata Iluvia lalu tersenyum pahit. Baru kali inilah ia bisa mengeluarkan kata-kata.

"Kebahagiaan kalian? Maksudnya?" kedua alis Lia bertaut.

"Gini deh, kalo memang lo udah tau yang sebenarnya, kenapa lo juga nggak pernah bilang ke gue kalo lo ada main sama Arkan? Kalo lo bilang, gue bisa mundur Ia." kata Iluvia lirih, matanya sudah berkaca-kaca sekarang.

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang