58. Kedua Kalinya

11.2K 498 50
                                    

[bagian baru]

🌸🌸🌸

Motor ninja merah itu melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, gadis yang berada diboncengan terus memaksa si pengemudi untuk melajukan motornya dengan cepat, padahal biasanya jika pengemudi itu membawa motor dengan kebut gadis itu akan protes bahkan tidak segan-segan mengancam untuk melompat dari motor. Namun sekarang berbeda, karena sekarang tujuan gadis itu hanya satu; sampai ke rumah sakit dengan sesegera mungkin. Ayolah Jakarta, jangan dulu padat!

Beberapa menit kemudian akhirnya ninja gagah itu berhasil terparkir sempurna diparkiran rumah sakit, setelah gadis yang super panik itu turun dari boncengan, ia langsung berlari kedalam rumah sakit, meninggalkan seseorang yang memboncengnya tadi yang baru saja menaruh helmnya diperut ninja juga dengan gerakan panik.

Mereka menusuri koridor rumah sakit yang cukup panjang untuk kemudian akhirnya mereka sampai diruang Unit Gawat Darurat (UGD). Iluvia memeluk wanita paruh baya yang sedang dengan resah berdiri didepan pintu ruang UGD dengan tubuhnya yang ia paksa untuk tetap kuat berdiri.

Irla mengecup puncak kepala gadis kecilnya, dengan setetes air mata yang jatuh ke rambut hitam tebal anaknya itu. "Abang kuat, Ibun yakin itu, Nak." ujarnya dengan terus memeluk anaknya, memberi kekuatan untuk anak gadisnya itu yang lagi-lagi merasa ditipu oleh semesta.

"Abang udah janji gak akan pernah pergi lagi, tapi sekarang apa Bun? Tuhan gak adil! Kenapa harus Abang? Kenapa gak Iluvia aja yang ada diposisi Abang sekarang, Bun, kenapa?" Iluvia memekik keras didalam pelukan sang Ibu, berharap agar protesannya dapat didengar oleh Tuhan, berharap agar Tuhan memberikan keadilan kepada keluarganya.

Irla mencoba menenangkan Iluvia dengan gerakan lembut yang mengelus rambut anaknya itu. "Jangan melulu menyalahkan keadaan Nak, Tuhan punya rencana untuk musibah yang menimpa Abang. Iluvia gak boleh benci sama keadaan ini, Iluvia gak boleh kaya anak kecil."

Iluvia menatap Irla, "Ayah mana Bun?" tanyanya dengan air mata yang masih berlinang.

"Ayah baru aja pergi ke Singapura karena harus meeting disana, setelah beberapa jam Ayah pamit, Ibun dapat kabar kalau Abang kecelakaan." jawab Irla.

Iluvia menundukkan kepalanya lagi, ia memeluk Irla kembali untuk mendapatkan ketenangan didalam sana.

Sedangkan Ami, Clara, Oji dan Rangga yang menjadi pendengar setia, mereka memasang wajah yang begitu suram digeluti rasa kekhawatiran.

"Tante, Bang Alga gimana keadaannya?" tanya Arkan yang sedari tadi berada dibelakang Iluvia.

"Dokter belum selesai menangani Alga, Nak, doakan yang terbaik ya Nak untuk Alga." ucap Irla disertai dengan senyuman pahitnya.

Arkan menghela napasnya sendu. Bukankah baru beberapa jam lalu ia berceloteh dengan Alga ditelepon, meminta dukungan agar ia bisa lancar mengutarakan perasaannya pada Adiknya? Mengapa waktu secepat itu berlalu?

~~~

Kini suasana telah berubah menjadi lirih seutuhnya. Dokter yang menangani Alga memberitahu bahwa Alga mengalami koma seperti beberapa hari yang lalu, persis seperti itu. Iluvia, Irla, serta Alzee yang baru saja diberi kabar oleh Isterinya itu merasa benar-benar terpukul oleh musibah yang lagi-lagi menimpa Alga.

Apakah takdir sekejam itu dengan keluarga kecil mereka? Mengapa demikian?

Iluvia masih menangis memandangi wajah Alga yang sudah dipenuhi dengan perban serta alat oksigen yang membekap hidung dan mulutnya. Sungguh, ini miris. Untuk yang kedua kalinya ia harus mendapati pemandangan yang begitu mengiris hati.

Aku, Kau, dan Hujan. [COMEBACK FULL VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang